TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dilaporkan telah mengirim 400 tentara bayaran ke Kyiv untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan anggota pemerintahannya. Rusia ingin melemahkan lawan politik Vladimir Putin dan membuat transisi jika berhasil mengambil alih Ibu Kota Ukraina tersebut.
Putin memerintahkan operasi militer khusus ke negara tetangganya tersebut pada Kamis, 24 Februari 2022. Dia melancarkan serangan militer ke berbagai kota Ukraina, termasuk Kyiv.
Menurut laporan Times, dikutip dari Marca, Putin telah menyusun daftar hitam yang terdiri atas 23 orang yang bakal disingkirkan. Klitschko bersaudara dikabarkan masuk dalam daftar tersebut. Vitali Klitschko adalah Wali Kota Kyiv sejak 2014, sedangkan Wladimir Klitschko adalah mantan petinju yang masuk dalam tentara cadangan Ukraina.
Rusia menganggap keduanya memanfaatkan popularitas untuk melakukan upaya dan mengklaim bantuan di seluruh dunia, baik secara publik maupun pribadi. Dua mantan juara dunia kelas berat itu telah membawa senjata selama berhari-hari, seperti halnya petinju lainnya seperti Vasyl Lomachenko dan Oleksandr Usyk.
Putin dilaporkan membawa tentara bayaran dari Afrika dengan misi untuk menjatuhkan pemerintahan Zelenskiy dengan imbalan sejumlah uang. Pemerintah Ukraina mengetahuiaa misi ini pada Sabtu lalu. Setelahnya, Kyiv mengumumkan jam malam selama 36 jam untuk menyisir sudut-sudut kota dan mencari para milisi ini.
Warga sipil mendapatkan peringatan jelas. Mereka akan dianggap sebagai agen Kremlin jika mereka keluar di tengah jam malam.
Sementara itu, mantan petinju Rusia Alexander Povetkin menyatakan dukungan atas keputusan operasi militer Vladimir Putin ke Ukraina. Ia mengklaim bahwa keputusan itu seiring dengan meningkatnya Nazisme di negara tetangganya.
Sikap Povetkin berbeda dengan sikap atlet Rusia lainnya seperti Daniil Medvedev dan Andrey Rublev yang kecewa dengan keputusan invasi tersebut. "Ada kekuatan dalam kebenaran. Ungkapan terkenal yang diucapkan oleh Sergey Bodrov (aktor) ini mencerminkan esensi dari apa yang terjadi di Ukraina," kata dia melalui akun Instagramnya.
"Kami berjuang untuk kebenaran selama ini, sementara bangsa Slavik di Donbass selalu berada dalam ancaman. Itulah mengapa saya mendukung keputusannya untuk membela orang-orang biasa. Setiap perang memiliki akhir. Mari berharap ini juga akan berakhir dalam beberapa hari ke depan," ujar Alexander Povetkin.
Baca juga : Roman Abramovich Setujui Permintaan untuk Bantu Perundingan Ukraina - Rusia