Petenis Swiss ini telah mencapai final turnamen Grand Slam ke-18 kalinya, termasuk 13 gelar yang telah direbutnya. Di Melbourne Park ini, Federer sekaligus mengincar gelar keempatnya. Sebelumnya, dia telah berjaya di lapangan plexi pave ini di tahun 2004, 2006, dan 2007.
Petenis kelahiran Basel, Swiss 8 Agustus 1981 ini, memang flamboyan baik di lapangan maupun di luar lapangan. Hampir tak pernah dia membanting raket . Petenis yang secara fisik dan mental disebut-sebut menyamai Ivan Lendel ini, mulai tahun 2009 akan mulai memasuki fase baru dengan merebut kembali posisi peringkat pertama dunia.
Pertengahan 2008, Federer sempat frustasi dengan cedera yang menimpanya. Setelah cedera yang membuatnya gagal merebut tiga gelar Grand Slam, termasuk lima kali juara di Amerika Terbuka. Kini, dia kembali mempersiapkan diri setelah lengser dari kursi nomer satu dunia. “Merebut kembali peringkat pertama dunia adalah skenario terbaik yang akan saya lakukan,” ujar federer dalam situsnya.
Sampai April tahun lalu, Federer sudah bisa membuang rasa frustasinya dan mencapai babak final di Roland Garros, meski kalah dari pesaing kuatnya Rafael Nadal. “Saya selalu berpikir positif,” ujar Federer. “Sebeumnya saya tidak pernah kalah dengan cepat di beberapa pertandingan, itu yang menyakitkan bagi saya.”
Federer memang kemudian bangkit dari kegagalannya di beberapa turnamen dengan disiplin latihan dan fokus untuk kembali berjaya di setiap turnamen. Saat berada di papan atas dunia, Federer terlihat tetap santai dan menikmati setiap pertandingan. Berbeda dengan petenis lainnya, seperti John McEnroe, Boris Becker, Jim Courier dan Yefgeny Kafelnikov yang emosional dan meledak-ledak di lapangan maupun di luar lapangan.
“Saya meniru banyak petenis saat saya masih remaja,” ujar Federer. “Namun, saat tiba waktunya ketika kamu bisa melakukannya sendiri, kamu harus mengembangkan permainanmu dan bermain dengan gayamu.”
NUR HARYANTO