Pemain Butuh Adaptasi
Hadirnya riuh ramai penonton rupanya menjadi dua sisi mata uang bagi sejumlah pemain yang tampil di turnamen bulu tangkis itu. Secara emosional, sorakan penonton merupakan bentuk dukungan bagi atlet favorit mereka.
Namun bagi atlet, suara ramai yang terdengar kadang menjadi tantangan tersendiri saat berlaga di lapangan. Bukannya tidak suka, namun sejumlah atlet mengaku butuh adaptasi ulang agar bisa kembali nyaman dengan gemuruh penonton setelah terbiasa dengan kehampaan dua musim terakhir.
Pemain dari sektor ganda menjadi yang paling merasakan kondisi anyar ini. Pasangan putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang tampil di sesi siang sempat kesulitan berkoordinasi akibat suara penonton yang terlalu besar.
Fajar mengalami kondisi darurat saat senar raketnya tiba-tiba putus dalam pertandingan kontra Goh V Shem/Low Juan Shen dari Malaysia. Pada situasi ini, Fajar harus berteriak lebih kencang agar Rian menggantikan posisinya yang harus berlari ke luar lapangan mengambil raket baru.
Menurut mereka, di turnamen luar negeri sebelumnya sebenarnya sudah dibolehkan dihadiri khalayak umum. Namun bedanya mereka lebih tenang dan tidak seramai penggemar di dalam negeri.
Ganda putra peringkat ketujuh sangat memaklumi dan memahami bahwa penggemar di Indonesia sangat merindukan turnamen yang terbuka untuk umum dan bisa dinikmati secara langsung.
"Sudah lama tidak main dengan atmosfer seperti ini, adaptasinya harus cepat. Kalau main di sini harus sangat memperhatikan arahan dari pelatih karena suara yang keras, tambah sulit lagi karena (pelatih) pakai masker. tapi memang dukungannya juga luar biasa," Fajar menceritakan.
Dari sektor tunggal, Anthony Sinisuka Ginting juga menyoroti keramaian penonton yang secara langsung mempengaruhi strategi bertandingnya.
Menurut Ginting, bermain di Istora merupakan sebuah kegembiraan eksklusif karena bisa mendapat dukungan dari mayoritas penonton di arena. Bahkan hal ini terkadang menjadi faktor penolong bagi timnas manakala lawan mereka tak mampu menjaga ketabahan mental saat berlaga.
Bagi lawan yang belum terbiasa, suara dukungan dan teriakan dari ribuan penonton bisa mengganggu pola permainan. Terlebih jika mereka berbuat sesuatu kesalahan yang membuat atlet tuan rumah dirugikan, maka sorakan yang menjatuhkan mental pun terdengar menggetarkan.
Ginting sendiri menyikapi hal ini dengan lebih fokus upaya mengatur fokus, walau tak dipungkiri ada kalanya ia pun terhasut oleh teriakan penonton dan membuat strateginya kacau.
"Misalnya ya, pas mau menerima pukulan seharusnya tidak perlu smes. Tapi pas ada suara penonton yang menggebu-gebu malah jadi smes, jadi ubah lagi polanya. Memang harus dari kita yang tahan dan bisa mengatur," kata Ginting.
Istora Senayan bagaimanapun menjadi satu-satunya arena yang dianggap layak dan punya nilai sejarah untuk menggelar perhelatan bulu tangkis berkelas internasional sejauh ini.
Tiket yang terjual habis dalam waktu singkat serta tribun yang selalu dipadati penonton jadi cerminan bahwa cabang olahraga ini terus tumbuh dan disukai masyarakat.
Hal ini pula yang menjadi kekuatan tambahan bagi para para pemain bulu tangkis nasional saat berlaga sebagai tim tuan rumah di Indonesia Masters 2022, dibandingkan saat bertandang ke negara lain yang penontonnya cenderung kalem.
Baca Juga: Jadwal Indonesia Masters 2022 Kamis Hari Ini: 18 Wakil Berlaga
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.