TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Panitia Penyelenggara Arema FC, Abdul Haris, menuntut Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan ikut bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang.
Hal itu disampaikan lewat kuasa hukumnya. "Panpel 'kan banyak yang terlibat, itu harus juga bertanggung jawab, terutama Ketua PSSI. Jangan hanya saat klub ini menang dia beri piala, dia dapat nama. Jika posisi klub ada masalah, dia bertanggung jawab secara hukum," kata kuasa hukum Abdul Haris, Sumardhan, di Mapolda Jatim, Surabaya, Selasa.
Menurut Sumardhan bahwa fakta di lapangan Aremania banyak yang meninggal dunia dan luka-luka diduga disebabkan oleh gas air mata yang ditembakkan polisi.
"Kami tidak tahu apakah gas air mata itu memang murni gas air mata atau ada efek lainnya, 'kan itu untuk kepentingan ke depan juga," kata dia.
Menurut dia, jika komponen dari gas air mata diketahui dapat menjadi dasar pengusutan kasus tersebut ke depan. "Kami ingin lihat persamaan hukum dalam menegakkan keadilan. Kalau masih ada pelaku lain, segera diusut tuntas," ujarnya.
Sumardhan melanjutkan, "Ingat, Pak Haris ini untuk masalah keamanan sudah minta ke negara, bahkan yang mengeluarkan rekomendasi itu Kapolda dan Kapolres. Ingat juga bahwa pertandingan sudah selesai dan terjadi penembakan gas air mata bukan saat pertandingan dilakukan."
Baca Juga: Jokowi Terima Presiden FIFA pada 18 Oktober
Tanggapan Ketua PSSI
Sebelumnya, desakan agar Ketua PSSI
Mochamad Iriawan mundur dari posisinya gencar disuarakan suporter dan netizen. Saat ini bahkan ada petisi khusus untuk menuntut hal tersebut dalam situs Change.org.
Iriawan sebelumnya sudah menanggapi desakan untuk mundur itu. Menurut dia, ada banyak publik (netizen) yang mengetahui dan juga tidak tahu tentang regulasi sepak bola, khususnya di Indonesia.
Ia mengatakan jika publik membaca maka tidak akan ada komentar tentang tuntutan untuk mundur sebagai Ketua Umum PSSI. "Kalau mereka komentar ini mungkin tidak tahu regulasi, tolong baca di aturan itu. Bagaimana mau mengaitkan dengan saya, kan setiap pertandingan di suatu tempat Panpel (panitia pelaksana pertandingan) yang harus bertanggung jawab," kata Iriawan kepada Tempo di Malang, Selasa, 4 Oktober 2022.
Sosok yang akrab disapa Iwan Bule ini mengatakan tidak ikut campur dalam urusan teknis, seperti bertemu dengan kepolisian dan operator Liga 1 atau PT Liga Indonesia Baru (LIB). "PT LIB pun di luar. Ini semua tanggung jawab Panpel, memang begitu aturannya. Kalau netizen ngomong begitu, mohon maaf saya tidak tahu apa dasarnya," tutur dia.
Desakan publik dan netizen yang meminta mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum PSSI muncul karena tragedi Kanjuruhan. Salah satu desakan itu datang dari Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso.
Sugeng menilai Mochamad Iriawan harus meletakkan jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Sebab, insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam 1 Oktober 2022 itu menjadi peristiwa terburuk di sepakbola nasional.
Permintaan mundur juga datang dari Presiden klub Madura United, Achsanul Qosasi. Dalam laman Twitter, Ahad 2 September 2022, ia meminta semua jajaran pengurus PSSI mundur dari jabatannya. "PSSI harus bertanggung jawab dan semua pengurusnya harus mundur sebagai respek terhadap korban dan keluarganya," tulisnya.
Selanjutnya: Agum Gumelar Bela Ketua PSSI