TEMPO.CO, Jakarta - Kecemerlangan Novak Djokovic susah dibantah. Namun, kehebatannya di dalam lapangan tenis kerap rusak atau tertutupi oleh blunder dan kesalahan di luar lapangan. Ia adalah sosok juara yang kontroversial.
Dalam usia 36 tahun, Djokovic kembali menjadi nomor satu dunia. Dia juga baru saja meraih gelar grand slam ke-24 dengan menjuarai US Open 2023. Ia menjadi juara pekan lalu dengan mengalahkan Daniil Medvedev dalam final di Flushing Meadows.
Gelar grand slam itu adalah yang ketiga diraihnya selama 2023, membuat dia hanya kehilangan satu gelar yakni di Wimbledon. Kini, ia merajai dalam urusan gelar grand slam putra. Petenis Serbia ini unggul dua gelar dari Rafael Nadal.
Novak Djokovic. (Reuters/Robert Deutsch-USA TODAY Sports)
Bagi Djokovic. menjadi yang terbaik adalah hal yang penting. Ia juga memiliki pemahaman yang kuat akan posisi historisnya dalam tenis.
"Saya ingin mengirimkan pesan kepada setiap anak muda di luar sana. Saya masih berusia tujuh tahun dan bermimpi bisa menjuarai Wimbledon dan menjadi peringkat satu dunia suatu hari nanti," katanya.
"Saya sangat bersyukur, namun saya merasa memiliki kekuatan untuk menciptakan takdir saya sendiri. Saya mempercayainya dan merasakannya dengan setiap sel di tubuh saya."
"Berada di saat ini, melupakan masa lalu. Jika Anda menginginkan masa depan yang lebih baik, Anda bisa menciptakannya."
Deretan Kontroversi Djokovic
Tak seperti Nadal dan Roger Federer dikagumi secara luas, pandangan terhadap Djokovic kerap terbelah. Prestasinya yang luar biasa di lapangan seringkali dibayangi kontroversi di luar lapangan.
Kontroversinya sempat hadir di arena Prancis Terbuka tahun ini. Seusai menjalani satu lag, ia menulis “Kosovo adalah jantungnya Serbia” di lensa kamera TV di tepi lapangan. Sontak ulahnya mendapat banyak sorotan karena pada saat sama tengah terjadi ketegangan etnis yang meningkat di Balkan.
Selanjutnya: Kontroversi lain..