TEMPO.CO, Jakarta - Dua hasil seri diraih Timnas U-17 Indonesia di awal Piala Dunia U-17 2023. Setelah menahan Ekuador 1-1, tim asuhan Bima Sakti ini kembali bermain seri dengan skor sama saat melawan Panama, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin, 14 November 2023.
Apa maka dua hasil seri ini? Ada empat hal yang bisa disimpulkan.
1. Lebih Baik dari Empat Tuan Rumah Lain
Dua hasil seri yang diraih dalam Piala Dunia U-17 membuat Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan empat tuan rumah lain dalam sejarah kompetisi ini. Kanada pada 1987, Trinidad & Tobago pada 2001, Uni Emirat Arab pada 2013 dan India pada 2017 selalu kalah dalam tiga pertandingan fase grupnya saat menjadi tuan rumah.
2. Statistik Mengalami Peningkatan
Membanding statistik saat melawan Ekuador dan Panama, terlihat performa Timnas U-17 Indonesia mengalami peningkatan. Penguasaan dan distribusi bola serta akurasi umpan meningkat dibandingkan pertandingan pertama 10 November lalu.
Jika saat melawan Ekuador tim muda Indonesia menguasai 42 persen lalu lintas bola, maka saat menghadapi Panama angka itu meningkat menjadi 43 persen. Demikian juga dengan umpan yang dilepaskan, meningkat dari 321 umpan menjadi 326 umpan.
Akurasi sirkulasi bola juga meningkat, dari 69 persen sewaktu melawan Ekuador, menjadi 77 persen saat melawan Panama. Memang masih di bawah Ekuador dan Panama yang memiliki akurasi 84 persen, tapi Garuda Muda lebih efektif mengalirkan bola sehingga lebih mampu mengatur tempo permainan.
Situasi ini juga membuat pergerakan ke depan menjadi lebih baik, yang di antaranya terbuktikan dari peluang gol yang lebih banyak ketimbang yang dibuat pada laga pertama.
Kalau saat melawan Ekuador, Indonesia hanya membuat 6 percobaan gol yang 2 di antaranya tepat sasaran, maka ketika ditantang Panama, angka itu menjadi 8 percobaan gol yang 4 di antaranya tepat sasaran.
Mungkin kualitas Panama di bawah Ekuador, tapi itu tak memupus fakta bahwa kemampuan Garuda Muda dalam bermanuver dan membaca permainan menjadi bertambah baik. Mereka juga tampil lebih tenang.
Lini pertahanan pun semakin solid, kecuali saat dibobol aksi individual nan cemerlang yang dibuat Castillo Jimenez. Di bawah kepemimpinan kapten Iqbal Gwijangge yang tampil dingin dan taktis, Garuda Muda yang saat melawan Ekuador harus 24 kali mementahkan serangan lawan, berhasil membuat Panama "hanya" melakukan 14 kali melakukan petualangan di daerah pertahanan Indonesia.
Dalam laga tersebut, Panama hanya bisa membuat 2 percobaan gol tepat sasaran, sedangkan Ekuador melakukannya 4 kali Jumat malam pekan lalu. Bahkan angka Panama itu di bawah Indonesia yang 4 kali membuat peluang tepat sasaran.
Kinerja lini serang Indonesia juga lebih baik dengan tak lagi terlalu mengandalkan satu sektor saja seperti kala melawan Ekuador. Kalau sewaktu melawan Ekuador, Riski Afrisal dominan menusuk lawan dari sayap kiri, maka saat menghadapi Panama, lini tengah dan sisi kanan aktif mengimbangi manuver rekan-rekannya di sektor kiri, termasuk Riski.
Panama terlihat berusaha mematikan Riski, dan ini membuat Indonesia membagi rata beban serangan di tengah dan di kanan.
Pergerakan Garuda Muda di sepertiga akhir lapangan pun menjadi lebih merata. Berdasarkan catatan FIFA, jika saat melawan Ekuador, serangan Indonesia kebanyakan berasal dari kiri, maka ketika melawan Panama, sumbangsih lini tengah dan sayap kanan membesar.
Dalam pertandingan pertama, Indonesia melancarkan 20 tusukan ke daerah pertahanan lawan dengan memanfaatkan lebar lapangan di sayap kiri. Hanya lima kali serangan dari sayap kanan dan tiga dari tengah. Tapi saat melawan Panama, komposisi itu menjadi 14 serangan dari sayap kiri, 7 dari kanan dan 6 dari tengah.
Walau begitu, Riski tetap menjadi motor serangan. Penguasa sayap kiri serangan Indonesia itu membuat 62 sprint kala melawan Panama. Namun, Jehan Pahlevi kali ini bisa mengatasi kesenjangan dengan Riski, berkat lebih hidupnya aliran bola dari sektor kanan sejak dari sisi kanan lini pertahanan Garuda Muda.
Bek kanan Welber Jardim kini jauh lebih aktif membantu serangan, walau tetap disiplin menjaga pertahanan. Bersama gelandang Ji Da Bin, dia menjadi bagian instrumental di sisi kanan permainan Indonesia.
Seperti bek-bek sayap modern, Jardim, dan bek kiri Habil Akbar, aktif naik membantu serangan. Jardim bahkan merancang gol kedua Arkhan Kaka dalam turnamen ini, lewat umpan lambung dari di luar daerah pertahanan Panama, yang disambut tandukan Arkhan.
Arkhan masih menjadi pemain Indonesia paling membahayakan lawan. Penempatan diri dan selalu bergerak menjemput bola membuatnya memiliki jelajah lari terjauh yang kala melawan Panama total sejauh 11,04 km.
Selanjutnya: Bima Bicara Kebangkitan serta Hitung-hitungkan Peluang lolos