TEMPO.CO, Jakarta - Petinju Inggris Tyson Fury menepis isu pensiun dengan mengumumkan lima duel melawan tiga petinju yang akan berlangsung sepanjang tahun 2024. Juara tinju kelas berat WBC itu akan naik ring untuk melawan sesama petinju Inggris Anthony Joshua sebanyak dua kali pada tahun ini.
Laporan AFP juga menyebutkan bahwa Fury juga akan melawan Oleksandr Usyk sebanyak dua kali dan satu kali pertarungan melawan Francis Ngannou. "Saya terus mendengar pembicaraan orang-orang yang mengatakan saya harus pensiun atau saya akan segera pensiun atau apa pun itu," kata Fury melalui media sosial Instagram, pada Rabu, 7 Februari 2024.
Ia mengunggahnya sambil menunjukkan foto bekas luka jahitan di atas pelipis mata. "Saya tidak akan pensiun. Saya punya dua pertarungan dengan Usyk untuk hal yang tak terbantahkan, dua kali," kata Fury.
Fury, yang belum pernah melawan Anthony Joshua, menambahkan, "Saya akan melawan AJ (Joshua) setidaknya sekali, mungkin dua kali, jika ada pertandingan ulang atau jika dia menginginkannya setelah pertarungan pertama, saya siap berikan kepadanya."
Fury telah memenangkan 34 pertarungan dengan satu hasil imbang sejak menjadi petinju profesional pada 2008. Pertarungan terakhirnya adalah kemenangan kontroversial atas mantan juara dunia seni bela diri campuran UFC, Francis Ngannou, yang melakukan debut tinju profesionalnya.
Saat itu, Ngannou berhasil menjatuhkan Fury, namun justru Fury yang membawa pulang kemenangan dengan keputusan split point. "Aku akan melawan Ngannou lagi. Itu baru permulaan. Ada lima pertarungan. Aku tidak akan kemana-mana. Aku masih berusia 35 tahun dan berada di puncak karier," kata Tyson Fury.
Aksi Tyson Fury saat melawan Francis Ngannou dalam laga tinju kelas berat Battle of the Baddest di Riyadh Arena, Arab Saudi, 28 Oktober 2023. Fury dinyatakan menang split decision atas Ngannou setelah tiga juri memberikan nilai 96-93, 95-94, 94-95 untuk petinju juara dunia kelas berat WBC itu. REUTERS/Ahmed Yosri
Pilihan Editor: Lionel Messi Main saat Inter Miami Melawan Vissel Kobe, Suporter dan Pemerintah Hong Kong Meradang