Sejak awal, mental Bantul Yuso terlihat down menghadapi Adam dan kawan-kawan. Penerimaan service seringkali tidak akurat sehingga menyulitkan setter Antonius untuk membagi bola. “Libero tidak bermain bagus sehingga penerimaan bola tidak sempurna,” kata Putut Marhaento, pelatih Bantul Yuso mengomentari penampilan anak asuhnya.
Menurut dia, pemainnya tidak bisa mengelola semangat bertanding sehingga tampil tidak dalam kondisi terbaik. “Anak-anak tampil antiklimaksdi final,” kata Putut. Dia melihat, timnya masih membutuhkan pemain allround untuk memecahkan kebuntuan.
Tanda-tanda kekalahan Bantul Yuso sudah terlihat awal pertandingan. Diperkuat Ramzil Huda, pemain nasional bertinggi 196 cm, Bantul Yuso tidak memperlihatkan semangat bertanding melawan juara bertahan. Berkali-kali serangan mereka dimentahkan oleh blocker Samator yang dipimpin Johny Sugiatno. Di set pertama, Samator menang mudah dengan skor 25-17.
Samator sebenarnya tidak tampil dalam kondisi puncak. Hanya saja, banyaknya kesalahan sendiri yang dilakukan oleh pasukan Bantul Yuso memudahkan mereka merebut poin. “Penampilan bagus anak-anak justru kemarin di semifinal melawan Tirta Dewata,” kata Hari Trisnardji, Manajer Samator.
Dia menyatakan, menurunnya penampilan Bantul Yuso pada pertandingan membuat pasukannya mudah merebut kemenangan. “Kita tetap fokuskan pada blocker untuk menjaga Ramzil Huda,” kata Hari.
Samator akhirnya menutup pertandingan tiga set langsung setelah spike keras pemain pengganti, Faisal, jatuh di daerah pertahanan Bantul Yuso. “Target berikutnya adalah juara Proliga,” ujar Hari.
Sementara, pada perebutan tempat ketiga, Tirta Dewata harus menyerah 0-3 melawan pasukan muda Indomaret Sidoarjo. Meskipun didukung oleh ribuan penonton, Tirta Dewata gagal menunjukkan permainan terbaik dan menyerah 19-25, 22-25 dan 25-16.
Di bagian putri, Popsivo Polwan Jakarta berhasil menjadi juara ketiga setelah mengalahkan Bantul Yuso Gunadarma tiga set langsung dengan skor 25-19, 25-21 dan 26-24.
WAYAN AGUS PURNOMO