TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Dewan Olimpiade Asia (OCA) akan kembali berkunjung ke Indonesia pada Jumat, 27 November. Gatot S. Dewabroto, juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga, menyatakan, organisasi tersebut bakal menggelar rapat dengan seluruh pihak yang berkepentingan ihwal persiapan Asian Games 2018.
"OCA berencana memaparkan sejumlah hal, di antaranya memperkenalkan negara-negara yang juga menyelenggarakan event internasional di bawah naungannya," kata Gatot.
Indonesia kini mengejar ketertinggalan dalam mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Di antaranya adalah draf masterplan atau rencana induk pesta olahraga tersebut yang tak kunjung kelar. Padahal sudah melewati tenggat pada September. Telatnya perampungan masterplan ini berdampak pada eksekusi tahapan persiapan yang tak bisa dijalankan pada tahun ini.
Kementerian Olahraga juga kelimpungan soal anggaran Asian Games karena Dewan Perwakilan Rakyat menolak permohonan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2016. Sedianya, Pemerintah mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun terdiri dari Rp 505 miliar untuk penyelenggaraan Asian Games dan Rp 765 miliar untuk renovasi Kompleks Gelora Bung Karno. Namun Dewan hanya mengabulkan Rp 500 miliar untuk renovasi stadion utama tersebut.
Gatot mengatakan kedatangan OCA bukan bermaksud menagih segala ketinggalan Indonesia dalam persiapan pesta olahraga tersebut. Namun pemerintah, kata dia, berkomitmen menunjukkan sejumlah kemajuan persiapan kepada mereka. Salah satunya adalah masterplan yang diharapkan bisa diserahkan dalam kunjungan OCA. "Makanya draf masterplan kami paksakan selesai," ujar Gatot yang juga memimpin Panitia Kerja Penyempuraan Draf Master Plan Asian Games tersebut.
OCA terakhir berkunjung ke Jakarta pada pertengahan Agustus 2015. Dalam pertemuan itu, mereka meminta Indonesia membayar US$ 30 juta atau sekitar Rp 420 miliar untuk penyiaran (broadcasting) Asian Games 2018 ke seluruh dunia. Mereka juga menagih Indonesia membayar uang jaminan US$ 15 juta atau sekitar Rp 210 miliar untuk pemasaran dan public relation.
TRI SUHARMAN