INFO PEPARNAS - Tim tenis kursi roda Jawa Barat memborong medali emas pada pertandingan beregu di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat, Selasa, 18 Oktober 2016. Pada pertandingan terakhir sistem round robin di Lapangan Tenis Outdoor Siliwangi, Kota Bandung, baik tim putra maupun putri Jabar, menang dengan skor 2-1.
Tim putra Jabar merebut emas setelah menundukkan pesaing terberat mereka, Papua. Sementara tim putri, menang atas Kalimantan Timur pada pertandingan terakhir.
Siapa pun tak akan mampu menyembunyikan kekaguman dan rasa salut melihat kepiawaian para atlet tenis paralimpik di lapangan. Dengan kursi roda yang dibuat khusus, mereka bergerak sama lincahnya dengan atlet biasa.
Kursi roda ini dibuat untuk menyokong pergerakan ritmis atlet dan mengantisipasi kemungkinan jatuh. Bentuk kursinya melebar, demikian pula rodanya yang cenderung mengarah keluar di bagian bawah. Selain dua roda besar di kanan dan kiri kursi, terdapat tambahan dua roda kecil di bagian depan dan satu roda kecil di belakang.
Pelatih tim tenis kursi roda Jawa Barat, Mamat Widya, mengatakan bentuk kursi roda seperti ini melindungi atlet dari jengkangan, jika terjatuh. Kursi juga akan mengikuti pergerakan atlet paralimpik.
“Ban kursi roda berukuran lebih kecil. Itu lebih bagus dipakai bertanding. Beda dengan yang sehari-hari. Ban ini lebih ringan untuk memutar-mutar jadinya. Ukuran ban ada yang 24, 26, dan 27, disesuaikan dengan bentuk bokong paralimpian,” kata Mamat.
Kursi roda ini pun amat ringan, sehingga, seperti dituturkan atlet tenis kursi roda Jabar. Namun embusan angin biasa pun bisa menggerakkan kursi roda yang digunakannya.
Sayangnya, harga kursi roda istimewa ini masih cukup mahal karena masih diimpor dari Jepang atau Singapura. Dengan bahan aluminium yang ringan, kursi ini dibanderol Rp 4 juta hingga Rp 10 juta per buah. Bahkan, untuk buatan Jerman, harganya bisa mencapai Rp 60 jutaan per buah.
Sebetulnya sudah ada produk lokalnya, tapi karena berbahan besi, kursi roda lokal ini tidak terlalu fleksibel. Harganya lebih murah, yakni Rp 2 jutaan per buah.
Kursi roda ini pun memerlukan perawatan yang khusus, terutama untuk ban luarnya yang tergolong cepat habis. Harga satu ban luar kursi roda mencapai Rp 500 ribu.
“Belinya indent karena diukur dulu kakinya untuk injakan,” katanya. Atlet-atlet yang berprestasi baik cukup beruntung karena biaya mahal untuk membeli dan merawat kursi roda istimewa ini tergantikan dengan bonus dan sebagainya.
Dalam menggembleng atlet-atletnya, Mamat tak membedakan mereka dengan atlet biasa. Dia mewajibkan anak-anak asuhannya mengelilingi lapangan untuk melatih kemampuan tangan mereka.
“Karena tumpuannya di sana. Memegang raket harus oleh dua tangan atau bisa satu tangan,” katanya.
Mamat bahkan pernah mencoba melatih dengan menggunakan kursi roda. Maksudnya supaya lebih dapat menghayati yang dialami atletnya, tapi yang ada, dia justru jatuh terjungkal karena tak ada pengalaman.
Selain melatih fisik dan taktik, Mamat pun melatih mental anak-anak buahnya agar semangat mereka lebih menyala dan termotivasi untuk maju.
“Kami terus kasih motivasi: kamu sudah dikasih duit, dikasih makan, tidur di hotel. Uang ini uang rakyat, kamu pertanggungjawabkan harus dapat emas. Kamu harus buktikan, kalau kamu mampu seperti atlet umum,” kata Mamat. (*)