TEMPO.CO, New York - Petenis Swiss Roger Federer tidak menyangka bahwa Kei Nishikori yang bermain dengannya pada saat usianya masih 17 tahun bisa tampil dengan mudah sampai pada babak final Amerika Serikat Terbuka 2014. Akan tetapi, petenis yang telah menggoleksi 17 gelar Grand Slam itu mengakui bahwa Nishikori memiliki kemampuan luar biasa.
"Saya selalu berpikir dia memiliki bakat luar biasa ketika saya kembali setelah saya bermain dengannya untuk pertama kalinya saat usinya 17 tahun," kata Federer seperti dikutip BBC. "Saya hanya tidak yakin bahwa dalam turnamen best-of-five ia akan mendapatkan jalan menuju sampai akhir turnamen," ujarnya.
Petenis Jepang Kei Nishikori saat ini sedang menjadi sorotan di panggung tenis dunia setelah sukses menaklukkan petenis nomor satu dunia Novak Djokovic di semifinal AS Terbuka 2014 dan melaju ke final.Tinggal selangkah lagi, mimpinya akan menjadi nyata jika di final nanti ia berhasil mengalahkan Marin Cilic.
Perjalanan karir tenis Nishikori, 24 tahun, tidak bisa dilepaskan dari peran pelatihnya, Michael Chang. Sang pelatih yang berpengalaman sebagai Juara Perancis Terbuka 1989 itu tertarik pada Nishikori pada saat bermain berpasangan dalam laga pertunjukkan untuk memperingati tiga tahun gempa bumi di Jepang. Setelah itu, Chang bersama Dante Bottini bertugas melakukan pembinaan pada Desember lalu.
"Itu benar-benar bermanfaat. Dia sudah banyak membantu saya sejak akhir tahun lalu, juga membantu mental," kata Nishikori, pemain peringkat 10 dunia ini. "Saya merasa tenis saya berubah, sedikit lebih agresif dan saya bermain lebih percaya diri," ujarnya.
Nishikori dinilai sayang tertarik pada permainan tenis sejak awal tahun, ketika ia muncul di akademi Nick Bollettieri di Florida pada saat usianya 14 tahun. Ketika itu, ia tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris tetapi dengan bantuan dari Kepala Staf Sony.
Nishikori terkenal dijuluki 'Project 45'. Julukan ini mengacu pada rekan senegaranya Shuzo Matsuoka yang memiliki prestasi terbaik sebagai perempat finalis Wimbeldon 1995. Prestasi Matsuoka itulah yang kemudian menjadi target acuan bagi 46 petenis muda Jepang.
BBC | RINA WIDIASTUTI