Gulat Minta Kuota Atlet di PON 2020 Papua Ditambah

Reporter

Tempo.co

Editor

Ariandono

Rabu, 6 November 2019 14:02 WIB

Para pegulat berpose bersama Ketua Umum PP Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) seusai Kejurnas Gulat 2019 dan Pra Kualifikasi PON 2020 di GOR Jakarta Timur, Selasa 5 November 2019. (dok. PGSI)

TEMPO.CO, Jakarta - Kejuaraan Nasional sekaligus babak prakualifikasi gulat PON 2020 sukses diselenggarakan di GOR Jakarta Timur, 2-5 November. Ke-24 Pengprov PGSI yang mengikuti event bergengsi ini tak hanya memuji pelaksanaannya yang tersaji dengan baik, akan tetapi mengedepankan harapan mengenai kemungkinan adaanya penambahan kuota atlet yang bertanding pada 'putaran-final' di Papua tahun depan.

"Saya merasa aneh saja kalau kuota gulat di PON 2020 nanti hanya 90, itu pun sudah termasuk pegulat tuan rumah. Saya bisa bayangkan sepinya arena gulat nanti," ujar Bambang Rahardjo Munadjat, Sekum Pengprov PGSI Jateng, Selasa (5/11/2019) di GOR Jaktim.

Dia mengharapkan PP PGSI bisa ikut 'urun rembug' agar kuota pegulat di PON 2020 bisa ditambah. "Ya, saya kira kita dari PP bisa bersama-sama membahas masalah ini dengan pimpinan KONI Pusat dan Panitia Besar PON 2020," kata Bambang.

Ketidakpuasan atas kuota 90 pegulat di PON 2020 tak hanya disampaikan Bambang Rahardjo Munadjat, yang daerahnya hanya mampu meloloskan satu pegulat dari babak prakualifikasi di Jakarta. Aslam, dari Pengprov PGSI Sumsel, Ediswal dari Sumbar, dan Steven Setiabudi Musa dari DKI Jakarta, juga mendukung.

"Saya setuju, seharusnya memang lebih dari 90 agar suasana kompetisinya semakin terasa," kata Aslam, yang dua pegulatnya lolos ke Papua. Ediswal menyebutkan, dengan kuota 90 pegulat, atmosfir pertandingan menjadi kurang seru karena keterbatasan jumlah peserta di setiap kelasnya.

Advertising
Advertising

Dari sisi teknis, dengan lima peserta di setiap kelas, bisa jadi sekali memenangkan pertandingan sudah bisa merebut medali. Tetapi, dari aspek kualitas kemampuan pegulat, menjadi kurang greget. "Kalau enam atau tujuh peserta di setiap kelas maka pertandingan semakin menegangkan," jelasnya.

"Saya kira memang akan lebih baik jika jumlah kuota pegulat yang bertanding di Papua bisa ditingkatkan, menjadi enam di setiap kelas, atau bahkan tujuh. Usulan peningkatan jumlah kompetitor ini sangat realistis," ungkap Steven Setiabudi Musa, Ketua Pengprov PGSI DKI Jakarta yang juga Ketua Pelaksana Prakualifikasi gulat PON 2020 di Jakarta.

Kuota pegulat di PON 2020 bisa ditingkatkan melalui penambahan jumlah pegulat yang lolos pada setiap kelasnya dari babak Pra PON di Jakarta ini. Jika dari ketentuan semula pegulat yang lolos dari 18 kelas yang dipertandingkan masing-masing empat besar, sehingga jumlahnya 72 pegulat, bisa diubah menjadi lima atau enam besar. Itu di luar kuota yang sudah ditentukan untuk tuan rumah, Papua, yakni 18 pegulat dari 18 kelas.

Menurut keterangan Yahya Madjid, Technical Delegate (TD) gulat PON 2020, jumlah kuota 90 pegulat di PON 2020 sementara ini sudah dikunci. Jumlah 90 pegulat tersebut lebih sedikit dibanding yang berkompetisi pada PON 2016 di Bandung yang berjumlah 168 atlet.

Berita terkait

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

18 menit lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

1 jam lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

20 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

22 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

1 hari lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

1 hari lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

1 hari lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

1 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

2 hari lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya