Ricky Manufoe, Antara Ring Tinju dan Jualan Singkong Keju
Reporter
Ahmad Rafiq (Kontributor)
Editor
Rina Widiastuti
Sabtu, 23 November 2019 11:05 WIB
TEMPO.CO, Karanganyar - Bagi Ricky Manufoe, penghasilan sebagai petinju tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi dia tidak menyerah. Petinju asal Pulau Rote itu tetap giat berlatih tinju di sela-sela kesibukannya sebagai penjual singkong keju.
Nama Ricky sudah cukup dikenal di dunia olahraga tinju profesional di Tanah Air. Dia merupakan pemegang peringkat pertama tinju kelas terbang, baik versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) maupun Federasi Tinju Indonesia (FTI). Bahkan, dia pernah tiga tahun menyandang peringkat pertama World Boxing Council (WBC) Asia di kelas yang sama.
"Tapi seperti banyak dialami atlet lain, saya juga sempat mengalami kesulitan ekonomi lantaran minimnya pemasukan," katanya kepada Tempo saat ditemui di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat malam, 22 November 2019. Padahal, awalnya dia memilih jalan sebagai petinju untuk mengubah nasib yang terhimpit kemiskinan di tanah kelahirannya.
Saat ini Ricky masih aktif bertinju meski tidak bergabung di klub mana pun. Namun, setiap sore, dia akan mudah dijumpai di emperan sebuah minimarket di Karanganyar. Dia berjualan singkong keju sebagai pedagang kaki lima.
"Saya sudah bertahun-tahun jualan singkong keju," katanya. Pada pagi hingga siang, dia berjualan di depan sebuah Sekolah Dasar di Kota Solo. Lantas, pada sore hingga malam hari dia berjualan di emperan minimarket di Karanganyar.
Hasil dari jualannya cukup lumayan. Setiap hari dia mampu menjual 40 kilogram singkong. Hasilnya cukup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama istri dan dua anaknya. "Penghasilan dari bertinju bisa ditabung," katanya.
Dia mengaku tidak minder ataupun malu memiliki mata pencaharian sebagai pedagang kaki lima. "Yang penting halal," katanya. Saat ini dia tengah menyiapkan cabang ketiga di daerah Karangpandan, Karanganyar.
Dalam meniti karirnya sebagai petinju, Ricky beberapa kali berpindah tempat tinggal. Dia mengawali sebagai petinju amatir di Bali, sekitar tahun 2002. Dua tahun kemudian dia baru ke jalur profesional saat pindah ke Surabaya.
Ia lantas bergabung di sasana yang berada di Jakarta dan Semarang. Sekitar 2007, dia memutuskan pindah ke Solo dan menikahi seorang atlet tinju perempuan asal kota itu. "Setiap hari saya berjualan singkong bersama istri," katanya.
Di sela-sela kesibukannya, dia selalu menyempatkan diri berlatih dengan peralatan seadanya. "Pakai sansak dari ban," katanya. Sesekali, dia mengikuti pertandingan ke Cina, Thailand dan Philipina.
AHMAD RAFIQ