Pandemi Corona, Ketua ATP Ragu Jadwal Tenis Berlanjut Agustus

Reporter

Antara

Editor

Nurdin Saleh

Jumat, 10 April 2020 05:14 WIB

Ekspresi petenis AS, Serena Williams setelah gagal mendapatkan poin dalam laga melawan petenis Cina, Qiang Wang dalam Australia Terbuka di Melbourne Park, Australia, 24 Januari 2020. REUTERS/Kai Pfaffenbach

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua ATP Andrea Gaudenzi mengaku ragu kompetisi tenis dunia musim ini dapat dilanjutkan pada Agustus, setelah ditangguhkan sejak pertengahan Maret akibat pandemi virus corona (COVID-19).

"Tidak seorang pun tahu kapan kami dapat kembali bermain dalam kondisi aman sepenuhnya. Berbicara mengenai Agustus, September, November semua itu hipotesis, kita tidak dapat membenturkan kepala ke tembok untuk sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi karena kami bisa saja baru bisa memulai kembali (kompetisi) pada tahun depan," ucap Gaudenzi seperti dikutip AFP.

Secara pribadi, Gaudenzi cukup optimistis musim kompetisi dapat kembali dilanjutkan pada Agustus. "Saya sedikit optimistis mengenai (kompetisi dimulai kembali pada) musim gugur, dan bahkan agak yakin pada musim panas," ucap pria 43 tahun itu.

Menurutnya jika kompetisi tenis dapat kembali digelar pada Agustus, maka mereka dapat "menyelamatkan" tiga ajang Grand Slam dan enam kompetisi Masters 1000.

Saat ini semua turnamen ATP dan WTA ditangguhkan sampai 13 Juli akibat pandemi corona. Setelah sebelumnya salah satu Grand Slam yakni Wimbledon harus dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.

Keputusan untuk membatalkan Grand Slam paling tua itu disusul dengan digesernya jadwal French Open, yang biasanya dimainkan pada Mei sampai Juni menjadi September sampai Oktober.

Gaudenzi menuturkan bahwa idealnya ATP akan memainkan empat turnamen di lapangan tanah liat pada musim gugur setelah berlangsungnya US Open, yakni dengan memainkan turnamen di Madrid, Roma, dan French Open.

Digesernya jadwal French Open tanpa konsultasi dengan pemangku kepentingan tenis lainnya sempat membuat gusar banyak pihak. Meski demikian, Gaundezi mengatakan ATP tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap French Open.

"Tenis memerlukan persatuan, Paris bertindak seperti itu karena ketakutan, mereka melakukan kesalahan. Namun mereka telah menyadarinya," yakin Gaundezi.

Gaundezi juga menyatakan pihaknya tidak mengabaikan para petenis dan turnamen ATP dengan peringkat lebih rendah, dan menegaskan pihaknya juga mempelajari pendekatan finansial yang dapat diaplikasikan.

"Sistem kami solid. Ini bisa menjadi satu tahun tanpa tenis, tapi tidak lebih dari itu," yakinnya

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya