Final Australia Open: Naomi Osaka Jaga Emosi, Jennifer Brady Pantang Mengeluh
Reporter
Terjemahan
Editor
Nurdin Saleh
Sabtu, 20 Februari 2021 12:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Final turnamen Australia Open pada Sabtu, 20 Februari 2021, menyajikan pertarungan antara Naomi Osaka, asal Jepang, dan Jennifer Brady, asal Amerika Serikat. Keduanya pernah bertemu di semifinal US Open 2020. Kala itu Osaka menang dengan skor 7-6 (1), 3-6, 6-3.
Dalam pertandingan nanti, Naomi Osaka mengusung target ganda,. Ia tidak cuma ingin menjuarai Grand Slam dan mengangkat trofi, namun juga berharap menjadi role model atau teladan dalam caranya membawa diri di lapangan. Hal itu disampaikan pelatihnya, Wim Fissette.
Osaka, juara edisi 2019, sebelum ini sering sulit mengendalikan emosi ketika menghadapi situasi lapangan yang membuatnya frustrasi. Tetapi sekarang, kata Fissette, pemainnya itu sudah bekerja keras menghindari kehilangan kesabaran.
"Dia tahu dari pengalaman beberapa tahun terakhir ... ketika sikapnya bagus, maka pikirannya jernih sekali mengenai apa yang mesti dilakukannya," kata Fissette.
"Dan kemudian dia bermain bagus sekali... Bukan berarti Anda tak bisa negatif pada beberapa kesempatan."
"Namun bisa segera menatanya kembali adalah sangat penting."
"Lebih dari itu Naomi ingin menjadi orang yang selalu berperilaku baik di lapangan. Itu juga semacam teladan untuk pemain-pemain muda."
Osaka yang menaklukkan Serena Williams dalam semifinal mengaku sudah memperbesar kekuatan mentalnya bersama Fissette dan timnya setelah awal mengecewakan musim lalu.
Upayanya mempertahankan gelar Australian Open musim lalu itu pupus di tangan Coco Gauff pada babak ketiga. Segera setelah itu Osaka kalah secara mengejutkan melawan Sara Sorribes Tormo dalam Piala Billie Jean King di Spanyol.
Fissette mengatakan Osaka bukan-bukaan soal kekecewaannya di Australia setelah kekalahan di Spanyol itu. Sejak itu dia mau jujur mengenai perasaan dan kegugupannya.
"Dia memahami bahwa kami mendengarkan dan memahami perasaannya," kata Fissette. "Dan jika Anda mengungkapkan perasaan Anda, maka jelas itu juga banyak membantu Anda dalam melepaskan ketegangan dan tekanan."
Unggulan ketiga asal Jepang itu belum pernah kalah dalam satu pertandingan pun sejak kekalahan itu di Spanyol itu dan akan berusaha merebut kemenangan ke-21 berturut-turutnya dan gelar Grand Slam keempat melawan Brady di Rod Laver Arena.
Setelah dua kali menjuarai US Open, Osaka telah memenangkan semua trofi Grand Slam-nya di lapangan keras, tetapi Fissette menilai kesuksesan di lapangan rumput Wimbledon dan tanah liat French Open hanyalah masalah waktu.
Baca Juga: Fakta dan Head-to-Head Naomi Osaka vs Jennifer Brady di Final Australia Open
“Mungkin tahun ini, namun kalau tidak tahun ini, mungkin tahun depan,” kata dia. "Namun dia butuh bertanding dan dia membutuhkan kepercayaan saat bertanding, dan kepercayaan diri dalam rencana permainan tertentu."
"Jadi kami harus menggunakan peluang memainkan banyak pertandingan ... dan lalu saya yakin dia akan sukses dalam kedua jenis lapangan itu."
"Tetapi saya tidak melihat ada batasan dia bermain bagus di permukaan itu."
Selanjutnya: Pelatih Ungkap Kelebohan Brady
<!--more-->
Brady Pantang Mengeluh
Penantang Naomi Osaka, Jennifer Brady, bukan orang yang mengeluh saat dihadapkan kesulitan dan sebaliknya berusaha mencari solusi serta pendekatan yang kemudian membantunya mencapai final Grand Slam perdananya dalam Australian Open. Hal itu dikatakan pelatihnya, Michael Geserer.
Petenis Amerika Serikat berusia 25 tahun itu adalah salah satu dari 72 petenis yang harus menghabiskan dua pekan penuh dalam karantina keras setelah tiba di Melbourne dan tidak diberi kesempatan berlatih maksimal lima jam per hari seperti dinikmati kebanyakan petenis.
Tetapi ketika sejumlah petenis mengeluhkan karantina, petenis nomor 24 dunia itu justru mengakali dengan memukulkan bola ke kasur di kamarnya dan bekerja sama dengan trainer-nya, Daniel Pohl, demi menjaga tetap bugar selama dua pekan.
Fokus seperti itu pun terbayar lunas. Dari kontingen yang harus melalui karantina yang keras, 51 di antaranya adalah pemain tunggal dan hanya Brady yang berhasil melewati babak ketiga.
Geserer mengatakan kepada wartawan bahwa Brady adalah jenis orang yang menerima saja keadaan dan memanfaatkan hal itu sebaik mungkin.
"Itu juga yang membuat dia melewati dengan baik masa karantina. Dia menerima semuanya apa adanya. Dia tidak beranggapan hal buruk menimpa dia," tambah Geserer.
"Ada aturan-aturan dan dia mengikuti aturan-aturan itu. Jika mereka bilang, 'Jangan tinggalkan ruangan, jangan buka pintu, seperti di karantina', dia tidak melanggar aturan itu."
Ketahanan Brady akan menghadapi ujian terakhir esok Sabtu ketika kembali ke Rod Laver Arena untuk merebut trofi Grand Slam perdananya.
Lawannya dalam final, Naomi Osaka, telah menjuarai tiga dari lima Grand Slam terakhir yang diadakan di lapangan keras, tetapi Brady memaksa petenis Jepang berperingkat tiga dunia untuk bermain tiga set itu pada semifinal US Open kurang dari lima bulan lalu.
"Ini final Grand Slam pertama, tetapi ini pertandingan seperti laga lainnya," kata Geserer. "Akan ada, seperti dalam pertandingan lain, menegangkan ... dia akan merasakan sedikit tekanan. Itu menyehatkan, itu bagus."
"Dia juga tahu bagaimana menghadapinya. Naomi adalah petenis bagus, tak diragukan lagi."
"Kami tahu yang dia lakukan di lapangan. Jen tak akan terpana oleh setiap pukulan dia... Jen akan meladeni dia dengan cukup baik besok."
Jadwal final Australia Open 2021, Sabtu, 20 Februari 2021:
15.30 WIB Naomi Osaka (Jepang/unggulan 3) vs Jennifer Brady (Amerika/22).
REUTERS | ANTARA