TEMPO.CO, Jakarta - Atlet bulu tangkis andalan Jepang Kento Momota mengaku tekanan untuk merebut medali emas Olimpiade 2020 Tokyo sangat besar, terlebih setelah dia mengalami kecelakaan mobil pada Januari 2020 yang memaksanya harus menepi satu tahun lebih.

Tekanan itu semakin besar ketika tunggal putra nomor satu dunia itu juga harus berjuang mengatasi kondisi mentalnya selama melakukan terapi pascakecelakaan.

Momota semakin dibuat frustrasi setelah dinyatakan positif COVID-19 pada Januari lalu, yang menyebabkannya harus mundur dari tiga turnamen bulu tangkis beruntun Asia di Thailand.

Kondisi tersebut membuat dia tak bisa berlatih secara maksimal, sementara pada saat yang sama, semua orang juga sangat mengharapkan dia meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo yang akan dimulai 23 Juli mendatang.

“Semua orang membicarakan Olimpiade dan medali emas ketika Olimpiade kian dekat. Jujur saja, tekanan (meraih emas Olimpiade) sangat besar,” kata Momota dalam wawancara bersama Olympics.

“Orang-orang tidak akan melontarkan komentar seperti itu jika mereka tidak mengharapkan saya menang. Jadi saya akan menjadikan itu (tekanan) menjadi hal yang positif,” sambung dia.

Setelah absen karena cedera mata yang dideritanya, Kento Momota baru melakukan comeback-nya pada turnamen All England 2021, Maret lalu. Namun ia gagal meraih gelar juara keduanya setelah dihentikan oleh tunggal putra Malaysia Lee Zii Jia pada babak perempat final.

Meski kalah, pebulu tangkis 26 tahun itu tetap optimistis 100 persen bisa mewujudkan harapan publik yang juga merupakan ambisinya untuk merebut medali emas di Olimpiade Tokyo.

“Saya tentu ingin menang setiap kali saya bertanding karena jika ragu-ragu saya tak mungkin menang,” ucapnya.

“Jadi izinkan saya mengatakan bahwa saya 100 persen yakin bisa meraih emas (Olimpiade Tokyo),” kata Kento Momota.

Baca Juga: Daftar 17 Wakil Indonesia ke Turnamen Bulu Tangkis Singapore Open