Sebelum Raih Perak Olimpiade, Eko Yuli Irawan Sempat Berkonflik dengan PABSI
Reporter
Irsyan Hasyim (Kontributor)
Editor
Nurdin Saleh
Minggu, 25 Juli 2021 16:36 WIB
Keberhasilan itu sekaligus memupus kekhawatiran bahwa Eko akan terganggu performanya di Olimpiade Tokyo karena masalah yang muncul selam persiapan.
Menjelang Olimpiade Tokyo, Eko sempat berpolemik dengan Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia. Namun, ia tetap memasukkannya dalam kontingen yang dikirim ke Jepang.
"Seminggu latihan di sana dikasih jawaban ditolak. Padahal sudah komitmen," kata Eko saat ditemui di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu, 14 April lalu.
Dilansir dari Majalah Tempo edisi 17 April 2021 dalam artikel berjudul "Pilih-pilih Pelatih Angkat Besi", polemik antara Eko dengan PB PABSI itu sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu ketika dia memutuskan meninggalkan pelatnas dan berlatih mandiri di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat.
Selanjutnya: Cerita Detail Perselisihan Itu
<!--more-->
Menurut Eko, keinginan memasukkan Lukman sebagai pela
Eko mengaku telah mengkomunikasikan keinginannya dilatih Lukman kepada Wakil Ketua Umum PB PABSI Djoko Pramono, pelatih Dirja Wihardja dan Erwin Abdullah, serta Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABSI, Hadi Wihardja.
"Setelah itu disampaikan ke ketua umum, dengan komitmen masuk ke mess pada 11 Januari," ujar atlet berusia 31 tahun ini. Djoko, kata Eko, menolak permintaannya karena khawatir akan merusak harmonisasi tim yang telah terbentuk.
Menurut Eko permintaannya itu tidak otomatis mengganti Erwin Abdullah yang selama ini mendampinginya dan memberikan program latihan. "Tak ada masalah, Pak Erwin terbuka kok. Kita bisa berkolaborasi bareng," ucap dia.
Namun keputusan PB PABSI telah bulat, Eko diberi pilihan bergabung atau mundur dari pelatnas. “Latihan di sini silakan, mau di luar silakan, tetapi tidak bisa pakai uang APBN karena ada aturan yang dibuat pemerintah,” kata Djoko di Wisma Kwini, tempat latihan lifter pelatnas, Senin, 12 April lalu.
Meski Lukman bersertifikat internasional, Djoko menyebutkan itu bukan jaminan bakal mampu bekerja sama dengan jajaran pelatih lain. "Pelatih kita belum punya sertifikat menghasilkan macam-macam prestasi. Ada yang bersertifikat internasional, dipakai negara lain, ternyata bikin onar," ucap dia.
Lukman yang langganan melatih Timnas Angkat Besi Indonesia mulai tersingkir setelah Olimpiade London 2012. Saat itu, dia tengah mempersiapkan lifter untuk Asian Games XVII di Incheon, Korea Selatan 2014. Lukman dianggap bersalah karena mengizinkan lifter Malaysia ikut latihan bersama Timnas tanpa restu Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI).
“Saya akui kesalahan. Saat itu, saya pikir itu biasa karena lifter Malaysia sering berlatih dengan lifter daerah Bekasi,” kata Lukman dari Bangkok, Thailand, Rabu, 14 April lalu.
“Ada yang menjelek-jelekkan saya dengan tujuan ingin menggantikan posisi saya," ujar pelatih yang menulis surat pengunduran diri dari pelatnas pada 28 Mei 2014 itu. Ia lalu menjadi pelatih kepala Timnas Angkat Besi Malaysia 2014-2016.