Heboh Soal Pemain Bergaji Rp 250 Ribu Setahun dan Ditunggak, Begini Respons PSSI
Reporter
Tempo.co
Editor
Nurdin Saleh
Kamis, 14 April 2022 20:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sepak bola tanah air hari-hari ini dikejutkan dengan temuan Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) soal gaji pemain di salah satu klub. Disebutkan ada pemain yang digaji Rp 250 ribu per tahun dan gaji kecil itu pun masih ditunggal.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI langsung memberi respons setelah kabar itu muncul. Mereka menyatakan akan menindaklanjuti laporan dari APPI tersebut.
Berdasarkan penelusuran PSSI, klub tersebut berdomisili di Pekanbaru dan dimiliki oleh pemain naturalisasi asal Kamerun.
“Klub Liga 3 itu amatir. Itu sebabnya kami akan koordinasi dengan Asosiasi Provinsi (Asprov) setempat. Karena itu domain mereka. Kami (PSSI) ingin kasus segera diselesaikan oleh pemilik klub,” kata Sekjen PSSI Yunus Nusi, seperti dikutip laman PSSI.
Yunus berharap kasus ini menjadi pembelajaran bagi pemilik klub bahwa tidak mudah untuk mengelola sebuah tim karena membutuhkan biaya yang besar.
“Kalau Anda sudah terjun ke sepak bola nasional harus bertanggung jawab. Komitmen itu harus dipegang terus dan jangan sampai menyengsaran pemain,” kata Yunus.
Selanjutnya: Apa Sebenarnya Temuan APPI?
<!--more-->
Kasus tunggakan gaji di klub Liga 3 diungkapkan oleh Deputy Chief Executive Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), Gotcha Michel.
“Fakta hukumnya memang gajinya Rp 250 ribu setahun dan ditunggak. Pemainnya tidak tahu nominalnya itu untuk setahun, mereka tahu itu untuk sebulan. Walaupun sebenarnya dengan nominal seperti itu menurut kami masih tidak layak untuk sebulan,” kata Gotcha, dalam acara buka puasa bersama APPI di Musim Kopi 27, Jagakarsa, Jakarta, Selasa, 12 April 2022, seperti dikutip Skor.id.
Lebih lanjut, Gotcha menuturkan pihaknya saat ini masih terus mencoba berkomunikasi dengan pihak klub agar tunggakan tersebut bisa segera dilunasi. Hal ini menjadi fokus APPI juga untuk membantu menyelesaikan, meski pemain tersebut berstatus amatir.
“Mudah-mudahan yang berutang sadar, kalau tidak akan menjadi berita besar. Tidak etis juga kalau kami sebut klubnya, kami pun masih menunggu itikad baik dan dalam tahap mengumpulkan data,” ujarnya.
Gotcha mengakui saat ini untuk Liga 1 dan Liga 2 juga masih tahap korespondensi perihal ada beberapa kasus tunggakan gaji pemain pada musim lalu.
“Untuk Liga 2 kemarin banyak pemain yang pindah atau habis kontrak, tapi sisa gajinya belum dibayar. Sementara untuk klub Liga 1 keputusan NDRC-nya sudah ada yang keluar, namun kami masih nunggu hasil korespondensi dengan klub sehingga tidak etis untuk dipublish siapa klubnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Legal APPI, Jannes Silitonga, menuturkan dalam catatannya saat ini klub-klub Liga 1 dan Liga 2 sudah mulai berbenah dari segi surat kontrak pemain. Bahkan yang berkembang untuk level Liga 3, ada sekolah sepak bola (SSB) yang meminta edukasi terkait perlindungan pemain yang masih anak-anak.
“Kami juga sudah menginisiasi pertemuan dengan Kementerian Tenaga Kerja dan DPR, yang kemarin hasilnya akhirnya pesepak bola statusnya sama dengan pekerja profesional. Makanya pada kompetisi Liga 1 dan Liga 2 nantinya pemain harus dilindungi BPJS,” ucap Jannes.
“Untuk yang Liga 3, memang ada satu kejadian tertulis di kontrak dengan nilai kontrak Rp250 ribu setahun. Makanya kami coba memantau untuk memperbaiki lagi hal ini. Karena komitmen kami saat bicara dengan Kemenaker itu adalah pemain gajinya minimal UMR,” ia menambahkan.
PSSI | SKOR.ID
Baca Juga: Daftar 40 Pemain Timnas U-16 untuk Latihan April 2022