TEMPO Interaktif, Makassar - Pesepeda berusia 42 tahun ini telah mengelilingi 55 negara dan singgah ke Makassar sebagai kota ketujuh dalam empat bulan pengembaraannya. Selama di Indonesia Alvaro Neil menjelajak ke Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Dalam perjalanan keliling dunia, ia selalu menyiapkan pakaian badut untuk menghibur warga di setiap daerah yang dikunjungi. Pria asal Spanyol ini mengaku prihatin dengan kondisi indonesia yang polutif, baik udara maupun air lautnya.
Dari Kapal Pelni yang ia naiki, Alvaro mengetahui rakyat Indonesia kurang peduli lingkungan. "Saya sedih, orang Indonesia asal buang puntung rokok, dan plastik bekas makanan ke laut," keluhnya saat ditemui di Warung Kopi Zone Makassar, Sabtu (7/11).
Bersama karma, nama sepeda yang setia menemaninya, Alvaro telah menempuh perjalanan 67.681 kilometer dari kota asalnya Oviedo, Provinsi Asturias di Spanyol. Mantan notaris, yang tengah menyelesaikan perjalanan keliling dunia hingga 2014 ini, membandingkan Jakarta, Pulau Nias dan Makassar. "Jakarta, sudah penuh polusi. Beda dengan Makassar dan Yogyakarta yang masih tradisonal," ujarnya.
Ditemani Komunitas Pesepeda Bike To Work, Alvaro mengelilingi Kota Makassar sambil mencicipi berbagai jajanan khas. "Habis makan coto, saya akan mengunjungi Toraja," katanya.
Setiap daerah yang dikunjunginya, diabadikan sebagai bekal menerbitkan buku pengalamannya di perjalanan (http://www.biciclown.com).
Ia sudah menerbitkan dua buku travel dalam bahasa Spanyol dan satu buku ftentang oto berjudul Afrika With a Pair. Alvaro mengaku menguasai lima bahasa dunia yakni Portugis, Prancis, Italia, Inggris dan Spanyol. "Sebentar lagi Indonesia, mungkin," ujarnya sambil tertawa.
Sebagai pebadut, Alvaro sudah menunjukkan kepiawaiannya di 52 tempat. Baginya, hiburan adalah dokter segala penyakit. "Senang sekali, waktu menghibur warga Situ Gintung (korban tanggul jebol di Ciputat, Tangerang, Banten). Kesedihan bisa berubah menjadi senyuman."
Anak kelima dari enam bersaudara ini bertekad menghibur semua orang. Sebisa mungkin ia berkampanye tentang lingkungan sehat. "Kapal-kapal di Indonesia itu jorok. Bayangkan membuang plastik ke laut yang baru terurai ribuan tahun ke depan". kata dia menutup pembicaraan dengan Tempo.
ICHSAN AMIN