Digimon, cerita animasi Jepang, bukan sekadar film biasa bagi Ika Yuliana Rochamawati. Film yang berkisah tentang petualangan tujuh anak yang terdampar di dunia digital itu menjadi sumber inspirasi Ika untuk menekuni olahraga panahan.
Tujuh anak itu berhasil menggabungkan tujuh kekuatan digimon menjadi panah cahaya angewomon sehingga berhasil menyelamatkan dunia digital dari kehancuran. Itulah yang membuat Ika tertarik belajar memanah.
"Saat ibu menawarkan latihan memanah, langsung terlintas cerita digimon. Saya ingin seperti dalam cerita itu," kata Ika, begitu ia biasa disapa. Gadis kelahiran Bojonegoro, 2 Juli 1989, ini mulai berlatih memanah pada saat duduk di kelas VI sekolah dasar atas saran ibunya, Nanik Suhartatik, yang juga guru olahraganya di sekolah.
Putri sulung Nanik dan Sugeng ini mengawali latihannya dari tahap dasar, yaitu menarik-narik karet bekas ban dalam secara terus-menerus. Saat itu, ia tidak hanya sendiri, ada anak-anak seusianya, termasuk Novia Nuraini, yang sekarang menjadi partnernya di pelatnas Asian Games 2010. Pelatihnya berasal dari pengurus cabang panahan Bojonegoro, Endah Sulistyorini.
Sekitar tiga bulan latihan dasar panahan, Ika kemudian diperbolehkan menggunakan busur biasa tanpa aksesori. Dengan busur itu, gadis berkulit sawo matang ini mempelajari satu per satu teknik memanah. Kala itu, tembakannya masih asal-asalan.
Hanya dalam sembilan bulan berlatih, Ika dinyatakan layak memegang busur nasional. Setelah menggunakan busur nasional, penguasaan tekniknya semakin meningkat. Sehingga, ia berhasil merebut peringkat ketiga pada Kejuaraan Antarpelajar SMP Bojonegoro 2001. Prestasi ini membuatnya percaya diri maju ke Kejuaraan Nasional Terbuka Antarpelajar.
Setelah tiga tahun bergelut dengan busur nasional, Ika ganti busur jenis recurve sehingga bisa berlaga pada nomor nasional dan recurve dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah 2004 di Kediri. Hasilnya, ia bisa membawa pulang dua medali emas, dua perak, dan satu perunggu. Prestasi Ika di Kediri itu mengubah orientasinya. "Tidak lagi sekadar main-main, tetapi ingin terus menjadi juara," katanya.
Agar bisa mempunyai banyak waktu latihan memanah, sesuai dengan saran pelatih, Ika pindah sekolah dari SMA Negeri 2 Bojonegoro ke SMA Ragunan. Pilihannya ternyata tidak salah. Ia pun berhasil membuktikan kemampuannya dengan beberapa prestasi membanggakan di tingkat nasional hingga internasional.
Sempat gagal di Kejuaraan Nasional Junior 2005, Ika kemudian berhasil menggondol dua emas, satu perak, dan satu perunggu di Kejuaraan Nasional 2006 pada kategori senior. Kemudian ia dikirim ke Asian Championship I sehingga mendapat jatah tiket ke Olimpiade Beijing 2008.
Saat ini Ika tengah menjalani program latihan bersama di Jakarta untuk mempersiapkan laga perdananya di Asian Games 2010 di Guangzhou, 12-27 November mendatang. Ia bersama rekannya, Rina Dewi Puspitasari dan Novia Nuraini, mengikuti uji coba dalam Kejuaraan Dunia Panahan di Ogden, Amerika Serikat, awal bulan ini. Tapi hasilnya kurang memuaskan, Ika hanya bisa menduduki peringkat ke-43 dari 69 peserta di babak kualifikasi.
Selanjutnya, Ika mengikuti Kejuaraan Dunia Panahan di Shanghai, Cina, 31 Agustus-4 September nanti. Setelah dari Shanghai, ia akan dikirim ke Korea Selatan untuk menjalani latihan sebelum ke Guangzhou. "Saya akan berusaha serius, hasilnya nanti," katanya. Peraih emas SEA Games Laos 2009 ini tidak berani memasang target medali di Guangzhou.
Untuk mempertajam tarikan busurnya, Ika rutin menarik-narik karet setiap kali menjelang istirahat malam. Selain itu, ia berlatih pernapasan agar pada saat pertandingan sesungguhnya bisa lebih tenang dan latihan mental melalui image training. "Kalau tidak tenang, konsentrasi buyar," katanya.
Di sela kesibukan berlatih, Ika tetap menyempatkan diri membaca novel atau komik tentang animasi atau petualangan. "Kalau sudah baca, saya tidak tahu tempat," katanya.
Ia mengaku telah mengoleksi ratusan komik, yang terbaru antara lain Chapter Sakura, Yot Suba, dan Haimiko. Untuk novel terbarunya, yaitu Twilight, Anne of the Green Gables (tujuh seri). "Setiap ada waktu jalan, saya pasti cari buku," katanya. RINA WIDIASTUTI