Petinju Profesional Harus Melalui Jenjang Amatir  

Reporter

Senin, 11 Februari 2013 20:12 WIB

Petinju Hero Tito merayakan kemenangannya usai mengalahkan petinju Marchel Layanay dalam pertandingan perebutan sabuk Kejuaraan Nasional versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) kelas ringan junior 58,9 kilogram di Malang, Jawa Timur, Sabtu (14/4). ANTARA/Ari Bowo Sucipto

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang petinju yang ingin berkarier di ring tinju profesional harus lebih dulu melalui jenjang amatir, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan. Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina), Martines Dos Santos, terkait dengan banyaknya petinju yang langsung terjun ke profesional tidak melalui jenjang amatir.

Dalam penjelasannya kepada Tempo, di Jakarta, Senin, 11 Februari 2013, Martinez mengakui koordinasi Pertina dengan badan tinju profesional di Indonesia masih lemah. Akibatnya, banyak petinju yang langsung berkarier sebagai petinju profesional sekalipun belum pernah berkiprah di ring tinju amatir.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, disebutkan bahwa seorang atlet amatir yang ingin beralih menjadi atlet profesional harus melalui jenjang amatir dan minimal pernah menjadi juara provinsi. Menurut Martines, peraturan ini memiliki semangat agar setiap atlet yang akan berkarier sebagai atlet profesional terlebih dahulu dimatangkan dalam jenjang amatir.

Pada peraturan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) pasal 55 ayat 2, disebutkan bahwa seorang olahragawan harus pernah menjadi olahragawan amatir dan mengikuti kompetisi secara periodik untuk bisa menjadi olahragawan profesional. Selain itu, disebutkan pula bahwa harus ada pernyataan tertulis tentang peralihan status amatir menjadi profesional dari badan olahraga profesional.

“Kami menyarankan supaya siapa pun yang ingin menjadi petinju profesional agar lebih dulu menekuni tinju amatir. Hal ini perlu ditekankan supaya mereka benar-benar terlatih. Langkah ini sangat perlu untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan di atas ring,” kata Martines.

Peristiwa tragis terjadi di ring tinju profesional Indonesia dengan meninggalnya tiga petinju dalam waktu kurang dari setahun. Ketiga petinju tersebut ialah Muhammad Afrizal yang meninggal pada 4 April 2012, Oxon Palue (16 November 2012), dan Tubagus Setia Sakti (27 Januari 2013). Ketiga petinju tersebut meninggal setelah mengalami pendarahan otak seusai bertanding.

Martines menjelaskan, dalam jenjang amatir, seorang petinju harus melalui beberapa tingkat kompetisi. Dimulai dari jenjang yunior, youth, lalu kompetisi-kompetisi senior dengan berbagai jenjang, dari tingkat daerah hingga internasional. ”Jadi dia benar-benar matang. Kalau baru latihan satu dua minggu terus bertanding tanpa pelindung kepala jelas sangat berbahaya,” ujarnya.

Martines menambahkan, di tingkat amatir, stamina, kondisi fisik, dan kekuatan seorang petinju benar-benar dilatih. Mereka juga dibekali dengan kaidah-kaidah keselamatan bertinju. Dengan memiliki dasar-dasar (bertinju) yang memadai, seorang petinju tinggal dipoles ketika mereka berkarier di jenjang profesional, kata Martines.

Dijelaskan oleh Martines bahwa banyak petinju amatir yang memasuki jenjang profesional tanpa memberi tahu Pertina. ”Mereka tahu-tahu sudah berkarier di profesional,” kata dia.

Menurut Martinez, hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi peraturan mengenai peralihan olahragawan amatir menjadi profesional. "Kebanyakan petinju profesional menganggap kecelakaan di ring atau matinya petinju sebagai risiko yang wajar dari olahraga ini. Ini kan bahaya. Saya juga melihat tidak ada upaya untuk membenahi,” ujar dia.

GADI MAKITAN

Berita terkait

Klasemen Akhir Perolehan Medali Islamic Solidarity Games: Indonesia Posisi Ke-7

19 Agustus 2022

Klasemen Akhir Perolehan Medali Islamic Solidarity Games: Indonesia Posisi Ke-7

Kontingen Indonesia mengakhiri perjuangannya dalam Islamic Solidarity Games 2021 di Konya, Turki, dengan menduduki peringkat ketujuh.

Baca Selengkapnya

Hasil Islamic Solidarity Games: Siti Nafisatul Hariroh Raih Emas, Emilia Nova Rebut Perunggu

12 Agustus 2022

Hasil Islamic Solidarity Games: Siti Nafisatul Hariroh Raih Emas, Emilia Nova Rebut Perunggu

Lifter Siti Nafisatul Hariroh menyumbang medali emas pertama bagi Indonesia di ajang Islamic Solidarity Games atau ISG 2021.

Baca Selengkapnya

Islamic Solidarity Games 2022: Ayustina Delia Raih Perak, Eki Febri Rebut Perunggu

9 Agustus 2022

Islamic Solidarity Games 2022: Ayustina Delia Raih Perak, Eki Febri Rebut Perunggu

Atlet balap sepeda Ayustina Delia Priatna menyumbang medali perak pertama untuk Kontingen Indonesia dalam gelaran Islamic Solidarity Games (ISG) 2022.

Baca Selengkapnya

Muddai Madang Calonkan Diri Sebagai Ketua Umum KONI Pusat

4 Juni 2019

Muddai Madang Calonkan Diri Sebagai Ketua Umum KONI Pusat

Pengusaha asal Palembang yang berpengalaman dalam organisasi olahraga di Indonesia, Muddai Madang mencalonkan diri sebagai Ketua Umum KONI Pusat.

Baca Selengkapnya

Tak Dampingi ISG, Satlak Prima Adukan Alex Noerdin ke Kemenpora

30 Mei 2017

Tak Dampingi ISG, Satlak Prima Adukan Alex Noerdin ke Kemenpora

Komandan kontingen Indonesia di Islamic Solidarity Games
(ISG) 2017 Alex Noerdin diadukan ke Kemenpora

Baca Selengkapnya

ISG 2017: Sumbang 3 Emas 4 Perak, Bonus Angkat Besi Rp 500 Juta

26 Mei 2017

ISG 2017: Sumbang 3 Emas 4 Perak, Bonus Angkat Besi Rp 500 Juta

Tim angkat besi Indonesia diguyur bonus total Rp 500 juta oleh PB PABBSI, berkat prestasi menghasilkan 3 emas dan 4 perak di ISG 2017 Baku, Azerbaijan

Baca Selengkapnya

ISG 2017: Hanya Peringkat 8, Indonesia Dinilai Kurang Persiapan

24 Mei 2017

ISG 2017: Hanya Peringkat 8, Indonesia Dinilai Kurang Persiapan

Indonesia gagal memenuhi target peringkat 5 besar dalam Islamic Solidarity Games IV 2017 di Baku, Azerbaijan. Indonesia akhirnya menempati peringkat 8

Baca Selengkapnya

ISG 2017, Indonesia Masih Tempati Posisi Lima Besar

18 Mei 2017

ISG 2017, Indonesia Masih Tempati Posisi Lima Besar

Indonesia masih berada di posisi lima besar perolehan medali Islamic Solidarity Games 2017.

Baca Selengkapnya

ISG 2017, Lifter Asal Aceh Sumbang Medali Perak buat Indonesia

18 Mei 2017

ISG 2017, Lifter Asal Aceh Sumbang Medali Perak buat Indonesia

Lifter Indonesia asal Aceh, Nurul Akmal, membuat kejutan setelah mampu meraih perak angkat besi kelas +90 kg pada kejuaraan Islamic Solidarity Games.

Baca Selengkapnya

ISG 2017: Dapat Tambahan 2 Emas, Indonesia di Posisi 4 Besar  

15 Mei 2017

ISG 2017: Dapat Tambahan 2 Emas, Indonesia di Posisi 4 Besar  

Indonesia mendapatkan tambahan dua emas dari cabang olahraga angkat besi dan renang dalam ajang Islamic Solidarity Games (ISG) IV 2017 di Baku, Azerbaijan.

Baca Selengkapnya