Daud Yordan Bidik Juara Dunia Kelas Ringan
Editor
Mohammad Reza Maulana
Jumat, 5 Juli 2013 20:10 WIB
TEMPO.CO, Perth - Daud Yordan memiliki ambisi tinggi: menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi juara dunia di dua kelas. Setelah kehilangan sabuk kelas bulu versi International Boxing Organization, April lalu, Sabtu, 6 Juli 2013 malam, petinju 26 tahun itu memperebutkan sabuk kelas ringan IBO melawan Daniel Eduardo Brizuela dari Argentina di Perth, Australia.
"Saya merasa lebih fit bermain di kelas ringan," kata Daud kepada Tempo lewat sambungan telepon, Jumat, 5 Juli 2013. Petinju di kelas ringan wajib berbobot antara 59 kilogram dan 61,2 kilogram. Dia mengatakan ingin naik kelas sejak tahun lalu. Sebab, seiring umur, berat badannya terus naik hingga 66 kilogram, jauh di atas batas maksimal kelas bulu, 57,1 kilogram. Di pertandingan terakhir, Daud mati-matian menurunkan beratnya yang kelebihan 10 kilogram dan jadi loyo di ring. Ujung-ujungnya, dia kalah Technical Knock Out dari Simpiwe Vetyeka dari Afrika Selatan.
Berlatih di Perth sejak dua pekan lalu, ayah satu anak ini tidak kesulitan menyusutkan bobotnya ke 61,2 kilogram. "Berat badanku sudah masuk dari beberapa hari lalu," kata petinju asal Sukadana, Kalimantan Barat ini.
Bersama duet pelatih Damianus Yordan dan Craig Christian, dia mempelajari rekaman pertandingan lawan. Brizuela, 27 tahun, merupakan bertipe boxer--gemar menjaga jarak dan mengandalkan jab. "Secara skill sih, biasa-biasa saja," kata Daud.
Kelebihan lawan, dia melanjutkan, telah lebih dari tujuh tahun bertarung di kelas ringan. Tinju profesional memiliki 17 divisi berdasarkan berat badan, mulai kelas terbang, 47,6 kilogram, sampai kelas berat, di atas 90,8 kilogram. Semakin besar berat badan, bobot pukulan makin keras.
Ada hal lain yang harus diwaspadai Cino, julukan Daud. Tayangan di YouTube menunjukkan mantan juara Amerika Latin ini doyan berkelit dan menjauh dari lawan guna menguras tenaga lawan. Mirip taktik yang digunakan Vetyeka saat mengalahkan Daud.
Namun Daud sudah mengambil pelajaran atas kekalahan itu. "Pelatih meminta saya untuk lebih banyak menggerakkan kepala supaya tidak kena jab," ujar Cino, julukannya. Kepada Tempo, dia membocorkan taktiknya: sering meluncurkan gerak tipu untuk membuat celah di pertahanan lawan, lalu melontarkan pukulan kombinasi. "Saya juga akan lebih agresif menyerang."
Jika skenarionya sukses, Daud bisa mewujudkan ambisinya menjadi kampiun pertama antar kelas, melewati capaian tiga seniornya: Ellyas Pical, Nico Thomas, M. Rachman, dan Chris John. "Saya akan membawa pulang sabuk juara dunia ke Indonesia," katanya.
REZA MAULANA