Ritual Aneh Petenis Wimbledon: Makan Rumput, Tolak Orang Tua
Editor
Nurdin Saleh TNR
Minggu, 12 Juli 2015 05:14 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:Orang tua mana yang tak ingin berada sedekat mungkin dengan sang anak yang sedang melakukan perjuangan penting. Namun Jose Antonio dan Scarlet Blanco tak dapat melakukannya. Langkah keduanya tertahan di rumah mereka, di Barcelona, saat sang anak, Garbine Muguruza, berlaga pada semifinal tunggal putri tenis Wimbledon, Kamis lalu.
Sang anak sendirilah yang tak ingin kedua orang tuanya hadir di London. “Mereka ingin datang, tapi saya katakan, ‘Tidak’,” ujar petenis Spanyol berusia 21 tahun itu. Hal itu dilakukan karena Muguruza tak ingin ada perubahan dalam rutinitasnya selama berlaga di Wimbledon. “Saya menyikat gigi pada jam yang sama, pergi tidur di waktu yang sama, saya tak ingin ada yang berubah.”
Sebagian orang menyebutnya “takhayul”. Tapi sebagian lain lebih suka menghubungkannya dengan psikologi. Yang jelas, Muguruza lebih nyaman dengan rutinitas yang sama ketimbang “diganggu” oleh kehadiran kedua orang tuanya. Lain soal bila Jose dan Scarlet sudah mendampinginya sejak hari pertama turnamen.
Entah berhubungan atau tidak dengan ketiadaan Jose-Scarlet, faktanya, Muguruza sukses menundukkan jagoan Polandia, Agnieszka Radwanska, sehingga berhak melangkah ke partai puncak. Tak pernah melangkah lebih dari babak perempat final di sebuah turnamen Grand Slam, Muguruza akhirnya menjadi petenis putri Spanyol pertama setelah Arantxa Sanchez Vicario (pada 1995 dan 1996) yang sampai ke final Wimbledon.
Selanjutnya: Banyak Petenis Percaya Takhayul
<!--more-->
Menurut Andy Murray, banyak petenis punya keyakinan yang berhubungan dengan nasib baik dan nasib buruk dalam karier mereka. “Semua petenis, bahkan semua olahragawan, sangat mempercayai takhayul,” kata petenis Skotlandia peringkat ketiga tunggal putra dunia itu. Dia sendiri mengaku tak lagi men-tweet hasil laganya ke media sosial karena yakin hal itu membuatnya bernasib buruk.
Lawan yang dihadapi Muguruza, unggulan ke-20, pada final adalah Serena Williams—pengoleksi 20 gelar Grand Slam tunggal putri yang menempati unggulan pertama pada Wimbledon kali ini. Seperti Muguruza, Serena memiliki “takhayul” sendiri. Keduanya berjumpa pada Sabtu lalu—saat tulisan ini belum dibuat.
Sungguh unik, bila tak bisa dibilang menjijikkan, Serena ternyata tak mengganti kaus kaki sepanjang memenangi pertandingan. Artinya, pada turnamen kali ini, petenis Amerika berusia 33 tahun itu tak berganti kaus kaki selama sekitar dua pekan. Kebiasaan lainnya, dia mengikat tali sepatu dengan gaya tersendiri, selalu membawa sandal mandinya ke lapangan, dan selalu memantulkan bola lima kali sebelum melakukan servis.
Lawan yang dikalahkan Serena pada semifinal, Maria Sharapova, lain lagi. Petenis cantik Rusia ini selalu berusaha tak menginjak garis lapangan kala masuk ke pertarungan. Kebiasaan ini mirip dengan yang dilakukan John McEnroe dan Martina Hingis pada masa lalu.
Selanjutnya: Kebiasaan Unik Djokovic
<!--more-->
Sementara itu, unggulan pertama tunggal putra, Novak Djokovic, punya kebiasaan baru setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Dan ini khusus di Wimbledon. Petenis Serbia ini menyempatkan diri bermeditasi di sebuah vihara Buddha, yang berlokasi di dekat lapangan All England Club, tempat berlangsungnya turnamen. Hanya butuh lima menit dengan berjalan kali.
“Dia mengitari vihara dan tinggal selama satu-dua jam,” kata Biksu Bhatsakom Piyobhaso. “Djokovic datang untuk menikmati alam, kedamaian, dan lingkungan. Kami rasa dia belajar sendiri bagaimana cara bermeditasi.”
Sementara Serena “cuma” lima kali memantulkan bola ke lapangan sebelum melakukan servis, Djokovic bisa berlipat kali lebih banyak. “Saya pernah menghitung, rekor (pantulan bola) yang saya lakukan terjadi pada pertandingan Piala Davis 2007 melawan Australia: 38 kali,” kata Noel, panggilan akrabnya.
Ritual Djokovic lain yang khusus ia lakukan dalam Wimbledon adalah “memakan rumput” seusai bertanding. Hal ini tak bisa dia lakukan di Grand Slam lain karena cuma Wimbledon yang menggunakan lapangan rumput. Hanya, hal ini khusus dilakukan Djokovic pada partai final: 2011, setelah mengalahkan Rafael Nadal; dan 2014, setelah menundukkan Roger Federer.
Bila tahun ini kembali keluar sebagai juara, bisa jadi ritual aneh itu ia ulang.
BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA