La Memo dan Dewi Yuliawati Mulai Buru Medali Dayung Besok
Editor
Agus baharudin olahraga
Jumat, 5 Agustus 2016 21:18 WIB
TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Pedayung putra-putri Indonesia, La Memo dan Dewi Yuliawati, memulai perburuan medali di arena Olimpiade ke-31/2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu besok, 6 Agustus 2016. Memo tampil pada penyisihan race keempat nomor single sculls putra, sedangkan Yuliawati pada penyisihan race kedua single sculls putri.
Memo pada race keempat ini bersaing dengan Stanislau Shcharbachenia (Belarus), Kim Dongyong (Korea Selatan), Adrew Peebles (Zimbabwe), dan Alan Campbell (Inggris Raya). Babak penyisihan single sculls putra ini diikuti 32 pedayung dari 32 negara, dibagi dalam enam race.
Bila Memo, 21 tahum, lolos babak penyisihan tersebut, ia akan maju ke babak repechage. Kalau babak repechage ini dapat dia lalui, pedayung asal Jakarta ini selanjutnya maju ke babak perempat final. Bila perjuangannya di babak perempat final belum terbendung, Memo akan terus melaju ke babak semifinal.
Seandainya di babak semifinal, Memo kembali dapat mengatasi para saingannya, ia akan maju ke babak final. Namun, untuk dapat melaju ke babak final Memo harus berjuang ekstra keras melawan para pedayung tangguh Asia dan dari benua Eropa, Afrika, Amerika, serta Australia.
Perjuangan berat juga harus ditempuh Yuliawati yang akan bersaing dengan 32 pedayung dari 32 negara. Pada babak penyisihan pedayung dari Maluku ini tampil di race kedua bersama pedayung Gewie Stone (AS), Lina Saltyte (Lithuania), Mahsa Javar (Iran), Fie Udby Erichsen (Denmark), dan Lucia Palermo (Argentina).
Untuk dapat menembus babak final Yuliawati harus lebih dulu lolos babak repechage, perempat final, dan semifinal.
Memo merupakan pedayung pertama putra Indonesia yang lolos ke Olimpiade, sedangkan Dewi merupakan pedayung putri kedua. Pedayung putri Indonesia sebelumnya yang lolos ke Olimpiade ialah Perte Caroba dari Papua pada Olimpiade Athena 2004.
Memo dan Dewi lolos ke Olimpiade Rio 2016 dengan lebih dulu melalui babak kualifikasi pada Kejuaraan Asia-Oceania di Chung-Ju, Korea Selatan, April lalu. Waktu itu keduanya menembus babak final.
Sementara itu, Menpora Imam Nahrawi yang mendampingi kontingen Indonesia di Rio de Janeiro, Brasil, kemarin menegaskan kembali bonus bagi para atlet yang merebut medali. Atlet yang merebut medali emas akan mendapat bonus Rp 5 miliar, perak Rp 2 miliar, dan perunggu Rp 1 miliar.
"Menurut saya, bonus Rp5 miliar ini cukup besar, dan baru pertama kali dengan jumlah tersebut. Mudah-mudahan untuk selanjutnya kebijakan bonus ini akan tetap ada atau pun bertambah pada Olimpiade-Olimpiade berikutnya," ujar Menteri Imam.
Selain bonus, para atlet peraih medali itu akan diberi tunjangan hari tua yang akan diberikan setiap bulan, agar mereka hidup tenang setelah pensiun.
"Pemerintah siap dengan bonus besar dan jaminan hari tua bagi atlet peraih medali, karena mereka telah berkorban untuk negara," kata Menteri Imam.
Menpora mengingatkan bonus hanya satu faktor untuk memacu semangat atlet agar bisa mencapai prestasi terbaik di Olimpiade. Olimpiade, kata Menpora, harus jadi impian para atlet Indonesia sehingga mereka tidak cepat puas jika baru menjadi juara nasional atau pun regional (SEA Games atau Asian Games).
Kemarin Menteri Imam menghadiri pembukaan Olimpiade ke-31 di Stadion Maracana. Pejabat tertinggi di olahraga Indonesia ini menyempatkan meninjau perkampungan atlet. Menpora juga akan mengikuti pertemuan menteri-menteri olahraga yang hadir di Rio de Janeiro, sebelum melanjutkan kunjungan ke Suriname.
Indonesia meloloskan 28 atlet dari tujuh cabang olahraga pada Olimpiade kali ini. Pada Olimpiade ke-30 di London, Inggris 2012, Indonesia hanya merebut 1 medali perak dan 1 perunggu. Tradisi kontingen Indonesia merebut medali emas sejak Olimpiade Barcelona 1992 terputus di London.
Satu medali perak itu direbut lifter Eko Yuli Irawan, sedangkan satu medali perunggu direbut lifter Triyatno.
Kontingen Indonesia waktu itu pulang dari London dengan satu kontroversi menyusul diskualifikasi yang harus diterima ganda putri bulutangkis Meiliana Jauhari dan Greysia Polii. Ganda putri Indonesia ini dan dua ganda putri putri Korea Selatan, serta satu ganda putri Cina didiskualifikasi karena terbukti “mengalah” untuk menghindari pertemuan dengan lawan yang dianggap berat.
ANTARA | BBC | AGUS BAHARUDIN