TEMPO.CO, Siak - Sebanyak 2.600 penabuh kompang di Kabupaten Siak memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) pada pembukaan balap sepeda internasional, Tour de Siak 2016, Selasa, 18 Oktober 2016. Para penabuh merupakan pelajar tingkat sekolah dasar hingga menengah atas di Siak.
Riuh gemuruh pukulan kompang dari tangan anak Negeri Istana itu menambah semarak pembukaan balap sepeda Tour de Siak. Suasana khas Bumi Melayu terasa kental dengan balutan baju teluk belanga yang dikenakan penabuh dan tamu undangan.
Senior Manager Muri Indonesia Awan Rahargo menyebutkan gema yang begitu dahsyat ditabuh 2.600 pelajar di Siak untuk pertama kali diperdengarkan dan telah mampu menorehkan prestasi rekor Indonesia. "Inilah karya anak bangsa yang patut kita apresiasi," kata Awan di Siak, Selasa, 18 Oktober 2016.
Menurut Awan, musim rekor mencatat bahwa perhelatan superlatif ini diyakini menambah semangat olahraga yang ditunjukkan dalam rangka balap sepeda Tour de Siak 2016.
Kompang adalah alat musik tradisional khas Melayu berbentuk gendang. Biasanya, alat musik ini digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan memeriahkan hajatan pernikahan masyarakat Melayu Riau.
Bupati Siak Syamsuar menyebutkan penghargaan dipersembahkan untuk masyarakat Siak yang senantiasa memelihara budaya Melayu. Kesenian kompang, kata dia, telah masuk dalam mata pelajaran pada semua tingkatan sekolah sebagai upaya pembinaan anak negeri mencintai budaya bangsa. "Kompang bukan sekadar budaya Melayu, tapi ini adalah seni budaya bangsa kita," ucapnya.
Balap sepeda Tour de Siak 2016 diikuti tujuh negara yang terdiri atas lima tim dari luar negeri dan delapan tim dari dalam negeri. Tour de Siak 2016 masuk kalender rutin Union Cycling International (UCI). Para peserta akan unjuk kekuatan dengan menaklukkan sejumlah lintasan yang terbagi dalam empat etape.
Etape I, Siak-Simpang Dayun sepanjang 154,15 kilometer. Etape II, Siak-Sungai Apit sepanjang 115,45 kilometer. Etape III, Siak-Perawang sepanjang 182,12 kilometer. Adapun etape IV, Siak City Race sepanjang 110 kilometer. Para pembalap akan melintasi jalan berliku dan tanjakan serta pemandangan alam yang di antaranya perkebunan kelapa sawit.
