TEMPO.CO, Jakarta - Kasus meninggalnya kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, harus menjadi pelajaran bagi Indonesia terutama saat menggelar Asian Games 2018. Hal itu disampaikan dokter spesialis olahraga, Andi Kurniawan.
“Asian Games sangat mengkhawatirkan,” kata Andi saat dihubungi Tempo, Senin, 16 Oktober 2017.
Choirul Huda meninggal pada Ahad, 15 Oktober, saat memperkuat Persela melawan Semen Padang di Liga 1. Ia mengalami luka dalam serius setelah berbenturan dengan pemain Persela lainnya, Ramon Rodrigues.
Berangkat dari insiden Choirul Huda, Andi menyarankan agar Indonesia mampu memberikan pelayanan medis berstandar internasional saat Asian Games nanti. Sangat perlu, misalnya, menyiapkan fasilitas lengkap dan petugas medis yang terlatih seperti dalam aturan International Olympic Committee ( IOC).
Andi juga meminta Indonesia tak salah langkah yang menyebabkan petugas medis jadi kurang responsif. "Yang saya amati kita belum pernah memberikan standar internasional dan itu wajib kalau negara kita tidak mau malu,” papar Andi.
Tak hanya itu, menurut Andi, kematian akibat benturan dapat dicegah dengan membekali pesepak bola bagaimana menangani insiden benturan. Sebab, benturan tak dapat dihindari dan terjadi di luar dugaan. Dengan begitu, diharapkan pemain dapat membantu temannya langsung tanpa harus menunggu lama.
“Emergency bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan oleh siapa saja, baik amatir atau professional,” ujar Andi.
Choirul Huda terpaksa dilarikan ke RSUD Soegiri di tengah pertandingan melawan Semen Padang dalam laga Liga 1 di Stadion Surajaya, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Minggu sore, 15 Oktober 2017. Pada menit ke-44, ia berbenturan dengan pemain Persela, Ramon Rodrigues, dan mengenai dada kirinya. Namun, nyawanya tak tertolong dan meninggal pukul 17.15 WIB.
LANI DIANA