TEMPO.CO, Jakarta - Cabang olahraga menembak termasuk yang ditargetkan bisa menyumbang medali emas pada pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games 2019, yang akan berlangsung mulai 30 November. Menteri Pemuda dan Olahraga atau Menpora Zainudin Amali optimistis cabang ini bisa mewujudkan target untuk menyumbang tiga emas.
"Kita optimistis cabang olahraga menembak ini kita bisa mendulang emas. Dari penjelasan manajer maupun pelatih, sepintas melihat performance atlet kita, bisa menyumbangkan emas untuk kontingen Indonesia," ujar Zainudin saat meninjau persiapan atlet menembak bersama Chief de Mission (CdM) Indonesia, Harry Warganegara, di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, pada Kamis, 21 November 2019.
Zainudin yakin menembak akan menjadi salah satu cabang unggulan kontingen Indonesia dan berharap mampu memecahkan rekor yang ujungnya bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020. "Kami mengharapkan dari cabang olahraga menembak ini bisa menyumbang emas dan kalau bisa ada rekor rekor baru yah. Dan ada harapan juga yah untuk Olimpiade di Tokyo 2020 karena sudah ada yang lolos," kata dia.
Cabang menembak sudah meloloskan satu atletnya untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba (16) memastikan satu tiket Olimpiade usai meraih hasil positif pada babak kualifikasi Asian Shooting Championship 2019 di Qatar beberapa waktu lalu. Ia berhasil melewati batas Minimum Qualification Score (MQS) Asia yakni 625 dengan torehan nilai 625,4.
Untuk SEA Games 2019, persiapan Rafika dan kawan-kawan diklaim sudah mencapai 90 persen, tinggal penguatan mental dan adaptasi lingkungan. "Jadi atlet kita secara teknik persiapan sudah optimal tinggal mental, psikologi, kemudian penyesuaian lapangan di sana. Sudah 90 persen lah, karena secara teknik dan sebagainya, kita sudah siap. Termasuk sport Intelegent kita sudah siapkan," ujar Sekjen Perbakin Firtian Yudit Swandarta, Kamis.
Firtian mengatakan salah satu kendala terbesar yang mesti dihadapi adalah soal infrastruktur di Filipina. Menurutnya, venue menembak terutama outdoor kurang begitu memuaskan. Bahkan apabila dibandingkan dengan yang ada di Lapangan Tembak Senayan, yang notabene basecamp latihan, jauh lebih baik dari venue yang akan digunakan di SEA Games nanti.
"Kita latih mereka dengan visualisasi agar mereka bisa memvisualisasikan keadaan lapangan di sana. Kemudian kita beri mereka ekspektasi bahwa lapangan di sana tidak semewah di sini," kata dia. "Karena di sana tuh bekas lapangan marinir, pernah dipakai SEA Games 1988 dan Saya sudah ke sana dan kondisi jauh berbeda. Tidak ada kata mewah, tidak ada kata layak."
Untuk menyesuaikan kondisi tersebut, kata dia, sebanyak 16 atlet telah diberangkatkan lebih awal ke Filipina. Mereka juga akan menganalisis perihal pencahayaan hingga kekuatan angin. "Yang berangkat awal 16 orang, itu di nomor PPC (Police Practical Championship) tembakan pakai kaliber 9mm," kata dia.
Salah satu kendala selama persiapan, kata Firtian, adalah mahalnya biaya pajak impor peluru. Kebutuhan akan peluru untuk latihan para atletnya masih mengandalkan impor.
"Peluru itu dari segi import kewenangan sesuai Perkab itu kewenangan Perbakin untuk mengimpor senjata dan peluru. Kemudian Perbakin akan menunjuk importir sebagai pelaksana impor," kata dia. "Kebanyakan regulasi di kita (Indonesia) perlakuannya hampir sama dengan barang-barang yang masuk sehingga pajaknya tinggi banget."
Firtian mengatakan sebenarnya peluru untuk keperluan cabang menembak bisa dipenuhi oleh PT Pindad. Namun nilai ekonominya kurang pas karena hanya memenuhi kebutuhan Perbakin saja.
PT Pindad harus mempertimbangkan Break Even Point (BEP) atau titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. Maka dari itu Perbakin mengandalkan impor dari perusahaan luar meski harus menanggung beban biaya bea masuk dan pajak yang tinggi saat barang tiba di Indonesia.
"Peluru yang kita impor sudah dikenal di seluruh dunia, pasarnya bukan hanya Indonesia. Jadi mereka punya nilai keekonomisan. kalau kuantitas dari peluru yang dipesan dengan pabrik di luar dia (Pindad) ga akan kalah, lebih bagus mungkin. Tapi kita ga butuh segitu (banyak)," kata dia.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan akan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani guna mendapat keringanan khusus perihal bea masuk dan pajak untuk memenuhi kebutuhan alat para atlet. "Saya kira hal-hal seperti ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan akan mendiskusikan. Saya sebagai Kemenpora dan Ibu Menteri Keuangan akan memberikan penjelasan tentang alasan-alasan yang rasional tentang kebutuhan itu," kata dia.
SEA Games 2019 akan berlangsung mulai 30 November hingga 11 Desember 2019. Secara umum, Indonesia menargetkan bisa meraih posisi lebih baik dari penyelenggaran sebelumnya, yakni lima besar.