TEMPO.CO, Solo - Petinju Ricky Manufoe berjualan singkong keju di Solo dan Karanganyar untuk menambal kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sebagai pedagang kaki lima, dia beberapa kali mengalami penertiban yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
"Saya pertama kali masuk Kota Solo sekitar tahun 2007," kata petinju berusia 32 tahun ini kepada Tempo saat dijumpai, Jumat malam, 22 November 2019. Dia berpindah ke kota tersebut lantaran klub tinjunya di Semarang terancam bubar.
Di Solo, dia tidak memiliki pekerjaan dan tidak bergabung dengan klub tinju manapun. Beruntung, pria asal Kupang itu ternyata memiliki modal kemampuan memasak. "Saya mencoba berjualan nasi goreng di kawasan Gladak," katanya mengenang.
Sebagai orang baru, dia sama sekali tidak mengetahui bahwa pemerintah kota setempat tengah memiliki rencana untuk menata kawasan tersebut. "Akan dijadikan kawasan wisata kuliner Gladak Langen Bogan," katanya.
Belum lama berjualan, dia sudah didatangi oleh Satuan Polisi Pamong Praja. "Saya dikira PKL pindahan dari lokasi lain," katanya. Terpaksa, dia harus menggulung lapaknya dan kembali menjadi pengangguran.
Dia lantas mencoba peruntungan menjadi pedagang kaki lima lagi di belakang Stadion Manahan. Kali ini dia berjualan singkong keju. Dia hanya berjualan saat Ahad pagi saja. "Lumayan, sekali berjualan selama beberapa jam saja bisa dapat omzet Rp 1,5 juta," katanya sambil tersenyum lebar.
Tapi, lagi-lagi dia menghadapi kenyataan bahwa kawasan tersebut juga akan ditata oleh pemerintah kota setempat. "Pada awalnya saat itu kami diminta pindah ke dalam kompleks stadion," katanya. Pada akhirnya, saat ini kawasan tersebut benar-benar harus steril dari pedagang kaki lima.
Namun, Ricky tidak menyerah. Pria yang pernah tiga tahun menyandang peringkat pertama World Boxing Council (WBC) Asia kelas terbang itu kini berjualan di depan sebuah Sekolah Dasar di kawasan Kampung Baru, Solo.
Dia bahkan telah membuka cabang di emperan sebuah minimarket yang berada di Karanganyar, tepatnya di sekitar Gedung DPRD setempat. "Kalau di sini aman karena sistemnya sewa," katanya. Dia bahkan tengah menyiapkan sebuah cabang baru di Kecamatan Karangpandan, Karanganyar.
"Penghasilan dari singkong keju bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. Sedangkan penghasilannya dari bertinju bisa ditabung. "Belum lama ini berhasil membeli rumah kecil di Karanganyar," katanya. Rumah itu dia tempati bersama istri dan dua anak perempuannya.
Di sela-sela berjualan singkong keju, dia masih berlatih secara rutin di rumahnya. "Dengan peralatan seadanya," katanya. Sesekali, dia mengikuti pertandingan ke Cina, Thailand atau Philipina.
Nama Ricky Manufoe sudah cukup di kenal di dunia olahraga tinju profesional di tanah air. Dia merupakan pemegang peringkat pertama tinju kelas terbang, baik versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) maupun Federasi Tinju Indonesia (FTI).
AHMAD RAFIQ