Kekalahan itu, menurut Tim Manager Indonesia Aryasena sebenarnya cukup wajar karena Yasniar sebenarnya bukan spesialis ombak landai seperti di pantai Kuta. "Dia biasa main di ombak-ombak besar seperti di Uluwatu," ujarnya.
Secara tehnik surfer Jepang jelas lebih unggul karena terbiasa berlatih di pantai-pantai yang
mirip dengan kondisi di Kuta. Namun penyebab kekalahan anak asuhannya, menurut dia, lebih karena faktor tenaga. Sebab, Yusniar harus tiga kali berturut-turut menjajal ombak agar sampai ke final. Sementara lawannya dari Jpenag, hanya 2 kali saja karena telah menempati urutan pertama pada penampilan pertama.
ROFIQI HASAN