TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 3 Mei, tepatnya 36 tahun lalu, dunia olahraga tinju, khususnya Indonesia, menyaksikan Ellyas Pical meraih sabuk juara dunia IBF Super Flyweight. Kejuaraan ini berlangsung di Gedung Istora Senayan, Jakarta. Tidak bisa dipungkiri, Ellyas menjadi petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia.
Kemenangannya ini ia dapatkan setelah mengalahkan petinju asal Korea Selatan, Chun Jun-do. Ellyas Pikal berhasil memukul tumbang Chun dengan pukulan hook kirinya dan dinyatakan menang dengan Technical Knock Out atau TKO. Dengan pukulan tersebut, Ellyas dijuluki oleh media The Exocet merujuk pada rudal buatan Prancis yang digunakan Inggris menyerang Argentina pada perang Melvinas 1982.
Saat menjuarai gelar tersebut Ellyas baru menginjak usia 25 tahun. Saat pertandingan tersebut ia memiliki 15 ronde untuk menumbangkan lawannya. Namun, tak perlu waktu yang lama, pada ronde keempat Chun sudah terjungkal.
Namun Chun mampu bangkit dengan memberikan sedikit perlawan. Hal ini dilakukan Chun untuk mengulur waktu juara Ellyas. Sebelum menyerah pada pertengahan ronde kedelapan, Chun sempat melayangkan hook kanan kepada Ellyas, namun ia dengan sigap menghindar.
Ellyas yang tidak mau tinggal diam juga melayangkan hook kanannya, namun usaha tersebut masih gagal setelah Chun juga berhasil menghindar. Tidak lama setelah itu, Ellyas melayangkan hook kiri ke rahang Chun dan membuatnya terjungkal.
Ketika itu, Chun memiliki kans besar untuk menjadi juara, hal ini dikarenakan pada pertandingan sebelumnya ia berhasil memenangi lima pertandingan. Namun Elly tidak gentar melihat statistik pertandingan Chun. Ia sudah mempersiapkan pertandingan tersebut dan berlatih selama 6 bulan dibawah asuhan pelatih Simson Tambunan.
Petinju yang kerap dijuluki Elly ini lahir di Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku pada 24 Maret 1960. Elly juga mengambil jalur hidup yang berbeda dari keluarganya, sebab sebagian besar keluarganya adalah seorang musisi.
Elly kecil mulai menyukai olahraga tinju ketika melihat tayangan pertandingan tinju Muhammad Ali yang disiarkan oleh TVRI. Setelah itu, ia mulai menggeluti dunia tinju di usia 13 tahun. Sebagai petinju amatir ia sudah memenangkan berbagai penghargaan mulai dari tingkat kabupaten hingga Piala Presiden.
Sementara itu, karir profesionalnya dimulai pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea Selatan setelah meampu menumbangkan petinju Hi-yung Chung. Pertandingan tersebut dihelat oleh Oriental and Pacific Boxing Federation atau OPBF.
Setelah berhasil mengalahkan Chun pada 1985 lalu, Elly berhasil mengamankan gelar juaranya untuk 1 pertandingan. Setelah itu, gelar juaranya harus direbut oleh Cesar Polanco. Namun, sabuk juaranya sempat copot ke tangan petinju Thailand, Khaosi Galaxy dalam pertandingan merebutkan gelar juara WBA.
Tarik ulur mempertahankan sabuk juara ini juga ia rasakan setelah berhasil mengalahkan petinju Korea Selatan, Tae Il Chang. Elly sempat mempertahankan sabuk juaranya setelah melewati tiga pertandingan. Namun ia kembali mengalami kekalahan ketika melawan petinju Kolombia, Juan Polo Perez, pada 14 November 1989.
Selama menggeluti tinju, Ellyas Pical sudah mencatat rekor tinju dunia 26 pertandingan dengan mengantongi 20 kemenangan, 1 kali imbang, dan 5 kekalahan. Ia pensiun dari dunia tinju ketika usinya menginjak 32 tahun.
GERIN RIO PRANATA