TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebuah kursi lipat berwarna hijau terbentang di pembatas Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Amir Mahmud, pembalap spesialis sepeda gunung, mengambil sebuah tempat di bawah pohon rindang. Bersama dengan istri dan anaknya, dia memilih menonton etape pertama Tour d'Indonesia, Minggu (24/11), dari pembatas jalan Jenderal Sudirman, depan lapangan softball Senayan. "Tahun ini sepi sekali, tidak terlalu meriah," katanya.
Baginya, lomba balap sepeda jalan raya seperti ini merupakan perhelatan yang banyak ditunggu para penggemar sepeda. "Tetapi untuk tahun ini sepertinya kurang promosi, lagipula tidak pernah ada kejelasan kapan Tour d'Indonesia berlangsung," katanya.
Memang tidak ada kemeriahan dalam lomba balap sepeda yang akan menempuh rute Jakarta - Bali ini. Jalan besar di pusat ibukota Jakarta ini tampak seperti berada dalam aktivitas rutin ketika berlaku hari bebas kendaraan. Jalur lambat dipadati dengan kendaraan bermotor yang lalu lalang.
Amir menilai, ajang besar seperti ini seharusnya bisa diramaikan dengan perlombaan balap sepeda yang lebih bersifat lokal. "Kalau seperti itu akan membuat banyak penonton berkumpul di sini, sayang sekali jika harus sepi seperti ini.”
Menurut Amir, geliat massa justru lebih besar di daerah-daerah. "Saya lihat lebih mudah mengumpulkan orang untuk memadati setiap sisi jalan di sana," katanya. Mudah-mudahan memang demikian, karena Tour d'Indonesia ini masih akan terus berlanjut sampai dua minggu ke depan. Lomba balap sepeda yang menempuh jarak 1.726,3 kilometer ini padahal telah masuk dalam kalender Federasi Sepeda Internasional (UCI) dalam kategori 2.2. Salah satu ajang internasional yang kini diikuti 7 tim luar negeri dan 10 tim dalam negeri.
Amir pun mengingatkan agar para panitia bersiap menghadapi kemungkinan munculnya massa yang terlalu bersemangat. "Bisa jadi itu bisa mencelakakan para pembalap," katanya.
EZTHER LASTANIA