TEMPO.CO, Jakarta - Dua dekade lebih Indonesia puasa gelar Uber Cup. Indonesia baru tiga kali menjuarai Uber Cup atau Piala Uber pada 1975, 1994, dan 1996 dan tujuh kali menjadi runner-up.
Hingga kini, Uber Cup masih didominasi oleh China dengan 15 kali juara, disusul Jepang dengan enam kali juara Tim bulu tangkis putri Indonesia kembali gagal di Uber Cup 2022. Juaranya Korea Selatan untuk kedua kalinya. Sebagaimana Thomas Cup lahir dari keinginan Sir Thomas, Uber Cup lahir dari mimpi pebulu tangkis Inggris yang mengoleksi 13 gelar All England, Elizabeth "Betty" Uber.
Meski saat ini prestasi bulutangkis sektor putri Indonesia belum begitu terlihat, namun perlu diketahui para Srikandi bulutangkis masa lalu Indonesia mampu menunjukkan taringnya di berbagai gelaran. Tak terkecuali pada ajang perebutan Piala Uber. Di ajang beregu itu, para legenda bulutangkis putri Indonesia mencatatkan sejarah manis, dengan berhasil meraih tiga kali gelar juara yaitu pada 1975, 1994, dan 1996.
Untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil meraih Piala Uber setelah mengalahkan juara bertahan, Jepang, pada babak final yang berlangsung 6 Juni 1975, di Istora Senayan, Jakarta, seperti yang dilansir dari PB Djarum.
Kala itu, kekuatan tim merah putih diwakili oleh Minarni, Taty Sumirah, Utami Dewi, Theresia Widiastuty, Imelda Wigoena, dan Regina Masli.
Buah dari keberhasilan itu, tim Uber merah putih tepatnya pada 18 Juni 1975, Minarni dan kawan-kawan diterima Ibu Negara saat itu, Tien Soeharto dan juga pada 24 Juni 1975, Presiden Soeharto mengundang para pebulutangkis tim Uber Indonesia ke Bina Graha, Jakarta.
Setelah 19 tahun lamanya Piala Uber tak kembali, akhirnya pada 1994 Srikandi merah putih kembali berhasil merebutnya usai mengalahkan tim tangguh, China. Kala itu tim Uber Indonesia digawangi oleh peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, Susi Susanti.
Susi turun di partai pertama menghadapi Ye Zhaoying. Susy berhasil menyelesaikan tugasnya dengan bak usai mengalahkan Ye Zhaoying, deligan 11-4 dan 12-10. Pada partai kedua, Finarsih/Lili Tampi menamoan kemenangan bagi Indonesia menjadi 2-0 dan memperlebar peluang Indonesia merebut Piala Uber dari tangan China.
Namun, tak mudah begitu saja bagi Indonesia untuk bisa meraih gelar kedua kalinya itu, setelah dua partai berikutnya, Yuliani Santosa di nomortungga, pur dan Elica Nathanael bersama Zelin Resiana di ganda putri harus mengalami kekalahan. Maka partai kelima pun dilangsungkan.
Namun, kejutan dapat disajikan oleh Mia. Tampil penuh percaya diri melawan Zhang Ning. Game pertama Mia berhasil merebut kemenangan dengan meyakinkan 11-7. Bahkan game kedua Indonesia hampir saja memastikan Piala Uber, namun Zhang yang lebih berpengalaman menuntaskan game kedua dengan skor tipis 10-12. Sementara game ketiga, Mia tampil ganas. Bocah 14 tahun berhasil membawa Piala Uber bagi Indonesia di hadapan publik sendiri, Istora Senayan, Jakarta.
Selanjutnya pada era tahun 1996, Indonesia yang diperkuat oleh pemain kelas dunia seperti tunggal putra Joko Suprianto, Alan Budikusuma, serta ganda putra Ricky Subagja/Rexy Maniaky berhasil mendominasi di Piala Thomas musim 1996.
Sementara itu, srikandi Merah Putih juga tidak kalah tangguhnya. Diperkuat oleh dua tunggal putri kelas dunia seperti Susi Susanti dan Mia Audina, Indonesia juga berhasil berjaya di turnamen Piala Uber. Susy Susanti menjadi pembuka jalan bagi teman-temannya dengan meraih kemenangan atas Ye Zhaoying Tim Merah Putih kembali menyabet trofi Uber Cup. Kala itu di partai puncak tim putri Indonesia membungkam Cina dengan skor 4-1.
Pilihan Editor: Profil Ester Nurumi Tri Wardoyo Atlet Tunggal Putri Indonesia yang Jadi Sorotan di Piala Uber 2024