TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu yang menarik perhatian pada perhelatan Olimpiade adalah keberadaan Tim Olimpiade Pengungsi atau Refugee Olympic Team. Tim ini adalah tim buatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) sejak Olimpiade Rio de Janeiro pada 2016.
Menyusul keberhasilan di Rio 2016 dan Tokyo 2020, IOC memutuskan untuk mempertahankan Tim Olimpiade Pengungsi IOC di Olimpiade Paris 2024 dan Dakar 2026. Berikut sejumlah fakta tentang tim pengungsi.
1. Latar Belakang
Salah satu agenda dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Oktober 2015 adalah masalah krisis pengungsi global. Presiden IOC Thomas Bach mengumumkan pembentukan Tim Atlet Olimpiade Pengungsi pada Maret 2016 sebagai simbol harapan bagi seluruh pengungsi di dunia dan meningkatkan kesadaran global akan skala krisis migran di Eropa.
Pada bulan September 2017, IOC mendirikan Yayasan Pengungsi Olimpiade. Fondasi ini mendukung pengungsi dalam jangka panjang.
2. Kiprah Tim Olimpiade Pengungsi
Beberapa bulan setelah pembentukannya, Tim Olimpiade Pengungsi untuk kali pertama ikut bertanding di Olimpiade Rio 2016 yang dibuka pada 5 Agustus tahun tersebut. Saat itu, 10 atlet yang berasal dari Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, dan Republik Demokratik Kongo, turun hanya di tiga cabang olahraga, yakni atletik, judo, dan renang
Berkompetisi bersama 11.000 atlet lainnya di Brasil, mengirimkan pesan harapan dan inklusi kepada jutaan orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia dan menginspirasi dunia dengan kekuatan jiwa kemanusiaan mereka.
Bendera Olimpiade dan Himne Olimpiade digunakan sebagai simbol tim. Pada Olimpiade Rio 2016, tim menggunakan kode negara IOC, ROT.
Para atlet yang berpartisipasi berbaris dalam upacara pembukaan Olimpiade Rio 2016, dengan tim memasuki stadion sebagai delegasi kedua dari belakang, tepat sebelum negara tuan rumah. Pada Olimpiade Tokyo 2020, tim memasuki stadion setelah Yunani. Meski begitu, Tim Pengungsi tidak turun di Olimpiade musim dingin 2022.
Pada bulan Oktober 2018, Sidang IOC memutuskan bahwa akan ada Tim Olimpiade Pengungsi IOC untuk Tokyo 2020. Melalui Beasiswa Olimpiade untuk Atlet Pengungsi (Olympic Scholarships for Refugee Athletes), sebuah program khusus yang dibuat setelah Olimpiade Rio de Janeiro, Solidaritas Olimpiade (Olympic Solidarity) mendukung 56 atlet pengungsi yang menjanjikan dari 13 negara.
Tim Olimpiade Pengungsi IOC berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2020, dengan 29 atlet berkompetisi di 12 cabang olahraga. Pada Olimpiade Tokyo 2020 pula kode negara IOC, ROT, diubah menjadi EOR yang merupakan singkatan dari Equipe Olympique des Refugies untuk bahasa Prancis.
Sayangnya, baik di Rio 2016 maupun Tokyo 2020, Tim Olimpiade Pengungsi tidak mampu mendapat satu pun medali. “Tim Olimpiade Pengungsi IOC mengirimkan sinyal bagus tentang betapa besarnya manfaat pengungsi bagi komunitas Olimpiade dan masyarakat luas,” tutur Bach.
“Menyaksikan mereka berkompetisi adalah momen yang luar biasa bagi kami semua, dan kami berharap semua orang akan bergabung. Para atlet diterima di komunitas Olimpiade kita, di antara sesama atlet – berkompetisi bersama mereka, namun juga tinggal bersama mereka di bawah satu atap.”
3. Masa Depan Tim Olimpiade Pengungsi
Memperkuat dukungan yang diberikan kepada pengungsi dan masyarakat yang terkena dampak pengungsian terus menjadi prioritas IOC. Ini juga merupakan bagian dari Rekomendasi 11 Agenda Olimpiade 2020+5, peta jalan strategis baru IOC dan Gerakan Olimpiade hingga 2025.
Untuk mencapai hal ini , tidak hanya akan ada Tim Olimpiade Pengungsi IOC di Olimpiade Paris 2024 dan Youth Olympic Games Dakar 2026, namun peningkatan akses terhadap olahraga bagi generasi muda pengungsi juga dijamin selama 365 hari setahun melalui karya Olympic Refuge Foundation.
Inisiatif Tim Pengungsi Olimpiade IOC Paris 2024 dan Dakar 2026 didanai oleh Solidaritas Olimpiade. Program ini memberikan kesempatan kepada Komite Olimpiade Nasional (NOC) tuan rumah untuk mengidentifikasi atlet pengungsi yang tinggal di negara mereka dan mendukung mereka selama pelatihan, persiapan, dan partisipasi dalam kompetisi tingkat tinggi.
Olympic Refuge Foundation mengelola dana yang berfungsi sebagai NOC dan terus membantu para atlet pengungsi baik mereka berkompetisi di Olimpiade atau tidak. Proyek unik ini menunjukkan komitmen IOC untuk membantu pengungsi dan mendukung mereka melalui olahraga di tingkat elite, tetapi juga akar rumput. Tujuannya tidak hanya untuk membantu para atlet pengungsi untuk berlatih dengan tujuan lolos ke Olimpiade, tetapi juga untuk melanjutkan karier olahraga dan membangun masa depan para atlet.
Para atlet menjadi simbol harapan bagi seluruh pengungsi di seluruh dunia, menunjukkan bahwa melalui olahraga banyak hal yang bisa dicapai.
“Hal ini akan menjadi simbol harapan bagi seluruh pengungsi di dunia, dan akan membuat dunia lebih sadar akan besarnya krisis ini. Hal ini juga merupakan sinyal bagi komunitas internasional bahwa pengungsi adalah sesama umat manusia dan merupakan pengayaan bagi masyarakat,” ujar Bach.
Pilihan Editor: Ketika Timnas Argentina Jadi Sasaran Ejekan Penonton di Olimpiade Paris 2024