TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Jawa Tengah keberhasilan menjadi juara umum cabang bulu tangkis di Pekan Olahraga Nasional atau PON 2024 Aceh - Sumatera Utara ibarat penebusan. Tiga tahun lalu, Jateng yang terkenal kerap menghasilkan pebulu tangkis hebat, tanpa medali emas satu pun dalam PON Papua 2021.
Di gedung olahraga (GOR) Waringin, kota Jayapura, kala itu Jateng hanya menyaksikan Jawa Barat (Jabar) menjadi juara umum bulu tangkis PON Papua 2021 setelah meraih tiga emas, tiga perak, dan satu perunggu. Jateng finis di posisi keempat klasemen akhir perolehan medali bulu tangkis PON Papua 2021 dengan satu perak dan dua perunggu. Medali perak Jateng diraih oleh ganda campuran atas nama Bagas Maulana/Indah Cahya Sari.
Empat tahun sebelumnya di Jawa Barat, Jateng finis posisi ketiga dengan satu emas, dua perak, dan empat perunggu. Emas yang diraih lahir dari ganda campuran Praveen Jordan/Melatih Daeva Oktavianti.
Setelah terpuruk pada dua edisi pesta olahraga terbesar di Indonesia itu, Jateng bangkit dan berpesta pada PON XXI Aceh-Sumut 2024. GOR PBSI Sumut, Deli Serdang menjadi saksinya. Dari tujuh nomor yang dipertandingkan, Jateng memanen lima emas. Lima nomor itu adalah beregu putra, beregu putri, tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri.
Di tunggal putra dan ganda putri, Jateng membuktikan dominasinya melalui laga "All Final Jateng" yang menyajikan Zaki Ubaidillah melawan Richie Duta Ricardo dan Ardita Anjani/Titis Maulida Rahma melawan Bernadine Anindya Wardana/Velisha Christina.
Setelah lima emas, Jateng juga menambah koleksi medali-medalinya lewat tiga perak dan dua perunggu. Lima emas, tiga perak, dan dua perunggu membuat Jateng berjaya dengan menjadi juara umum bulu tangkis PON Aceh-Sumut 2024.
Prestasi ini memperbaiki catatan mereka sebelumnya di PON Papua 2021 sekaligus mengulangi prestasi 12 tahun lalu di Riau yang juga menjadi juara umum dengan tiga emas, tiga perak, dan tiga perunggu.
Saat itu, Hayom Rumbaka, yang saat ini menjadi pelatih nomor tunggal Jateng, turut menyumbangkan medali emas beregu putra dan perak tunggal putra di PON Riau 2012.
Peran Besar PB Djarum
Pelatih Jawa Tengah (Jateng) nomor ganda Lukman Hakim memaparkan rahasia lima emaa, tiga perak, dan dua perunggu di PON 2024 adalah karena motivasi tinggi para atletnya yang mayoritas berusia 17-18 tahun dari regulasi yang menggunakan usia di bawah 21 tahun.
Dua emas pada dua nomor pembuka, beregu putra dan beregu putri, menjadi bukti strategi dari Jateng menurunkan darah-darah muda itu berjalan ampuh.
Di final, beregu putra mereka mengalahkan DKI Jakarta 3-1, sedangkan beregu putri mengalahkan Jawa Barat dengan skor 3-0.
"Ya, mungkin anak-anak motivasinya tinggi ya. Karena kan pingin menunjukkan bahwa secara umur sama kontingen lain kan lebih muda," kata Lukman di GOR PBSI Sumut, Rabu, 19 September.
Di balik itu semua, peran besar ada di klub besar Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum yang berada Kudus. PB Djarum dan bulu tangkis adalah dua terminologi yang rasanya sulit dipisahkan satu sama lain. Betapa tidak, PB Djarum seperti tak pernah absen menyumbang pebulu tangkis handal di Indonesia.
PB Djarum membuktikan bahwa dengan pembinaan usia muda yang bagus setiap tahunnya, akan melahirkan atlet bulu tangkis prestasi yang mendunia.
Nama-nama seperti Liem Swie King, Debby Susanto, Haryanto Arbi, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, hingga Kevin Sanjaya adalah segelintir pebulu tangkis yang lahir dari rahim PB Djarum yang kemudian menjadi kebanggaan Merah Putih.
Para legenda itu, kata Lukman, lahir di PB Djarum dengan cara yang tidak mudah, melainkan karena pola latihannya yang sangat keras di Kompleks GOR Jati, komplek olahraga yang memiliki luas 29.450 m2, dengan belasan lapangan yang terbagi dari lapangan beralaskan kayu dan vinil atau karet sintesis.
Mereka digembleng latihan setiap hari kecuali hari Minggu untuk mengasah teknik, fisik, dan mental secara optimal. Satu harinya terdapat dua sesi latihan, teknik dan fisik, kecuali hari Rabu dan Sabtu yang hanya terdapat satu sesi. Di hari Minggu, para atlet dibebaskan untuk "me-refresh" fisik dan mentalnya.
Latihan keras ini juga membiasakan atlet mereka dengan tekanan. Kebiasaan mencapai target tinggi sudah dibiasakan sejak dini.
"Ya, kalau di Djarum kan udah terbiasa ya. Dengan pressure, tekanan. Itu dibiasakan dari latihannya tiap harinya. Anak-anak udah ditempa, udah terbiasa gitu," kata pria yang juga menjadi pelatih di PB Djarum usia 17-19 tahun tersebut.
Apalagi untuk para siswa PB Djarum yang sudah berusia 17-19 tahun juga diwajibkan untuk mengikuti delapan sampai sepuluh turnamen dengan berbagai level setiap tahunnya.
Ini akan menambah "matang" kemampuan atlet, sesuai fungsi kompetisi yang bertujuan untuk mengembangkan teknik, mengasah mental, dan menambah jam terbang pengalaman.
"Ya, kalau turnamen kan kita udah ada schedule-nya kan. Tiap tahun kita udah bisa lihat tuh. Schedule turnamen mana aja yang bisa diikuti, targetnya di mana, kan kita udah bisa lihat," jelas Lukman.
Ini yang tidak dimiliki oleh Jawa Barat. Iwan Arif Syahbana sebagai salah satu pelatih bulu tangkis di Jabar mengatakan Jateng menjadi juara umum di PON 2024 karena mereka diisi materi-materi yang lebih siap yang masih aktif berkompetisi.
"Mungkin Jateng lebih siap. Dari segi atlet-atletnya juga masih sangat aktif. Mereka masih ada di kejuaraan-kejuaraan, mereka usia taruna. Kita dewasa. Dari segi kualitas kita juga punya, tapi dari persiapan, mereka mungkin lebih," kata Iwan.
Selanjutnya: Sudah Terasah