"Tidak seperti awal-awal dulu, sekarang antusias menurun dan motivasi tidak begitu tinggi," kata Didih di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. "Idealnya (dana) sebanyak-banyaknya.”
Didih juga menduga, fasilitas juga turut membuat para calon siswa enggan mengikuti seleksi masuk ke Sekolah Khusus. "Karena fasilitas (yang ada untuk menjadi atlet) tidak menjanjikan (nasib) mereka ke depan," imbuhnya.
Akibat kurangnya anggaran, ketersediaan pelatih yang berkualitas juga tidak terpenuhi. Saat ini, kata Didih, pelatih yang ada tidak sesuai mutu yang diharapkan. "Kualifikasinya kelas C," ujar dia.
Semestinya, lanjut Didih, anak usia dini harus diberikan pelatih yang terbaik untuk diajarkan cara belajar dan cara berlatih yang baik. "Kalau pelatihnya bagus, pendanaan kan besar juga," tandas dia.
Meski begitu, Sekolah Khusus Atlet dilarang menerima sponsor untuk menutupi kendala keuangan. "Tidak ada sponsor, tidak boleh, karena dapat dari APBD dan APBN," ujar Didih.
Didih menjelaskan proses masuk sekolah khusus atlet perlu beberapa tahap. Penjaringan atau syarat pertama adalah harus mempunyai prestasi olah raga tingkat nasional yang dibuktikan dengan piagam dan sertifikat. Kedua, lulus ujian kesehatan dan kebugaran jasmani. Dan tertakhir lulus tes psikologi. "Bulan April-Mei biasanya masa penjaringannya," terang dia.
"Sekolah Khusus Atlet Ragunan (Jakarta) menampung (atlet dari) seluruh Provinsi di Indonesia. Idealnya tiap provinsi punya sendiri, Jakarta sebagai pusatnya saja," kata Didih.
SHOLLA TAUFIQ