TEMPO Interaktif, Johannesburg - Perkembangan pencak silat di Afrika Selatan, yang baru dikenalkan awal tahun ini, memasuki babak baru. Untuk pertama kalinya di negara itu sukses digelar turnamen pencak silat, dengan nama Ambassador's Cup 2010.
Turnamen sudah dilaksakan di Bosmont Primary School Swiss Re-Hall, Johannesburg, pada 10 Oktober lalu. Turnamen ini diikuti sekitar 200 peserta putra dan putri, dari kelas kelas pre-junior, junior, dan senior.
Para peserta adalah warga asli Afrika Selatan atau siswa dari negara lain yang tengah belajar di negera itu. Mereka ini bersekalah di Bomont Moslem School, Al Azhar School, dan Darul Uloom Zakariya.
Turnamen itu sempat dimeriahkan oleh penampilan demonstrasi silat Malaysia. Sebanyak 10 orang yang dipimpin oleh Muhammad Abdullah bin Zaid yang memperagakan silat keris lok Sembilan dan silat Li’an Yunani. Moegamat Hilmy, ketua asosiasi pencak silat asal Cape Town, ikut hadir dalam acara itu. Sedangkan pesilat dari cabang Al Azhar Amerika, master Wona Sumantri, gagal datang karena perubahan jadwal turnamen.
Tampilan apik Daaian Lawrence, peserta berusia 4 tahun, sempat membetot perhatian dalam turnamen itu. Siswa play group itu akhirnya terpilih jadi juara katageri seni untuk kelas pre-junior. Di kelas dewasa, Abdalrahman Fuad asal Palestina jadi yang terbaik di nomor tanding, setelah mengalahkan Asadullah asal Atlanta. Kedua finalis itu belajar di Darul Uloom Zakariyya. Untuk kategro sekolah, Bosmont Moslem school jadi juara umum dengan memenangkan 18 medali emas.
Penyerahan medali pada para pemenang dilakukan oleh Sjahril Sabaruddin, Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan. Sjahril pun menyatakan gembira melihat turnamen itu sukses digelar. "Pertandingan ini tak lagi bersifat lokal, tapi sudah menjadi pertandingan yang bersifat internasional karena para pesertanya juga ada berasal dari banyak negara, termasuk Palestina, Amerika Serikat, Kenya, Malaysia, Turki, dan Mozambique”, katanya.
Ketua Asosiasi Pencak Silat Afrika Selatan, Sariat Arifia, menyatakan gelaran turnamen itu menjadi momen bersejarah. "Hari ini, hari yang bersejarah. Namun kita masih punya tugas lebih berat lagi ke depan yaitu untuk menuntaskan penetrasi budaya bangsa Indonesia di Afrika Selatan dengan melakukan promosi dan pembukaan kelas di Cape Town," katanya.
Silat yang berkembang di Afrika Selatan menginduk pada perguruan silat Al Azhar Indonesia. Sejak mulai diajarakan awal tahun ini, pesertanya terus meningkat dan kini sudah melebihi 500 orang. Peserta kebanyakan adalah warga muslim keturunan melayu, India, atau Arab. Ada juga siswa asing yang belajar di neara itu.
Sayangnya sejauh ini perkembangan silat itu baru terbatas di Johannesburg. Usaha untuk menembus kota lain masih terkendala.
Sariat, yang juga seorang pengusaha shipping itu, mengatakan, usaha penetrasi ke Cape Town sudah berulang kali dilakukan dan kini akan coba digenjot lagi. Sayangnya usaha dukungan memadai dari Konjen Indonesia di sana.
"Saya sudah mendapat laporan dari ketua asosiasi di Cape Town bahwa surat2 dia tidak mendapat tanggapan dari konsul jenderal setempat, saya juga sudah memberi surat resmi kepada Konjen namun juga tidak mendapat tanggapan," kata kata Sariat. "Tapi kita tidak berkecil hati. Mulai minggu depan kita akan mencoba menembus kota itu.Mohon doanya dari segenap rakyat Indonesia agar dapat berhasil.”
Nurdin