TEMPO.CO , Makassar: Pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga setempat, mengklaim telah menemukan alat baru berupa pengukur kecepatan pukulan. Speedo Attack tersebut merupakan alat yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Penemuan tersebut pun sudah dipatenkan di Departemen Kehakiman.
Alat tersebut berupa semacam sarung tinju yang dipasangi sensor elektronik. Terdapat kawat penghantar sinyal di permukaan sarung. Sensor tersebut kemudian dihubungkan ke komputer melalui sinyal tanpa kabel untuk mengetahui hasil pengukuran. Programnya menggunakan bahasa visual basic. “Akurasinya tidak sangat tepat, karena menggunakan sensor berdaya sinyal tinggi,” kata sang penemu, Abdi Amanohoru, kepada wartawan di Makassar, Selasa, 5 Maret 2013.
Pengukur kecepatan sebelumnya dikenal di cabang tenis dan bulu tangkis. Alat ini bisa mengetahu berapa kecepatan servis seorang pemain.
Abdi menambahkan, kecepatan pukulan dihitung dalam meter per detik dan dan kilometer per detik. Pengukuran bisa dilakukan dalam jarak maksimal sepuluh meter dari komputer. Alat itu sudah diuji coba pada sejumlah latihan atlet tinju junior di Sulsel. Selain itu, Speedo Attack juga dianggap cocok untuk cabang olahraga bela diri lainnya. “Kita sudah gunakan di taek wondo dan karate. Hasilnya, tendangan taekwondoin masih rata-rata lebih cepat dari karateka,” ucap Sekretaris Pertina Sulsel tersebut.
Menurut Abdi, Speedo Attack bisa digunakan untuk sejumlah keperluan terkait pembinaan atlet bela diri. Selain untuk mengetahui kecepatan pukulan, alat tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk menghitung selisih antara pukulan tangan atau tendangan kiri dengan kanan. “Misalnya, dari perhitungan kami, pukulan atlet ortodoks memang lebih kuat pada tangan kanan dari tangan kirinya,” katanya.
Speedo Attack mulai dirancang pada 2012, dan mulai diuji coba di awal tahun ini. Rencananya, alat tersebut akan dikemas menjadi produk dan diperbanyak untuk dijual secara massal. Untuk itu Pertina dan Dinas Olahraga Sulsel akan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada untuk pengembangan lebih lanjut. Soal harga, sang penemu belum bisa menaksirnya.
Abdi berharap, alat tersebut bisa membantu peningkatan prestasi di cabang-cabang olah raga beladiri. Sebab, data yang akurat dianggap penting dalam pengembangan atlet. Selama ini, kata dia, pengukuran kualitas atlet beladiri, termasuk tinju, lebih banyak dilakukan secara kasat mata, tanpa data secara rinci.
Ketua Pertina Sulsel, Ryan Latief, sependapat dengan Abdi. Ia mengatakan, pengembangan olahraga beladiri di Indonesia, termasuk di Sulsel, selama ini masih tradisional dan tidak ditunjang kemajuan ilmu dan pengetahuan. “Alat ini akan sangat membantu. Karena prestasi bisa diukur melalui data yang akurat. Ini belum ditemukan di negara lain, dan kita patut bangga karena putra Sulsel yang pertama menemukannya,” kata Ryan.
AAN PRANATA
Berita terpopuler:
Peretas Situs SBY Akan Direkrut Mabes Polri?
Waspada, Banjir di Jakarta Dinihari
Rasyid Tak Ditahan, Status Seperti Orang Merdeka
Pemuda Cabuli Empat Adik Tiri dan Ibu Kandungnya
Bentrokan Bersenjata di Sabah, 5 Polisi Malaysia Tewas
Ahok Minta Pengusaha Beli Vila Ilegal di Puncak