Blak-blakan Christopher Rungkat Soal Wimbledon dan Olimpiade 2020
Reporter
Antara
Editor
Nurdin Saleh
Jumat, 12 Juli 2019 17:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Petenis Indonesia Christopher Rungkat baru saja mengakhiri petualangan di turnamen tenis bergengsi dunia level grand slam yakni di Wimbledon 2019. Ia tampil di dua nomor ganda: putra dan campuran.
Ini jadi tampilan keduanya di turnamen grand slam level senior, setelah sebelumnya juga tampil di babak utama Prancis Terbuka 2019.
Christo menyebut tampilan di grand slam itu ibarat mimpi yang menjadi kenyataan. Ia menyebutnya sebagai buah jerih payahnya 12 tahun berjibaku di dunia tenis profesional.
Baca juga: Christopher Rungkat Kecewa 'Rumah tempatnya Tumbuh' Tergusur
"Pasti pengalaman spesial banget buat saya, karena sebagai petenis Grand Slam itu kan kasta dan pencapaian tertinggi," kata Christo seperti dikutip Antara, Jumat.
Christo pernah menjejaki permukaan lapangan keras di komplek Melbourne Park dan Billie Jean King National Tennis Center, lapangan tanah liat di Roland Garros maupun lapangan rumput All England Lawn Tennis and Croquet Club kala masih merintis karier di level junior, namun ia menegaskan tampil di arena-arena itu pada level pro adalah sesuatu yang sangat berbeda.
"Waktu junior saya sudah main di empat Grand Slam itu, Australia Open, French Open, Wimbledon dan US Open. Tapi bisa masuk Grand Slam di kelas profesional itu statement yang berbeda jauh dibandingkan junior," katanya.
Peraiah medali emas Asian Games 2018 itu menaljutkan, "Sebab terjun ke profesional itu nggak gampang, itu baru tercapai kurang lebih 12 tahun setelah keluar dari level junior baru bisa masuk lagi ke babak utama Grand Slam."
Menjuarai nomor ganda putra Australia Open 2008 kelas junior bersama petenis Finlandia Henri Kontinen jadi raihan paling mentereng Christo, sebelum keduanya juga menjadi runner-up di kelas junir US Open tahun yang sama beberapa bulan berselang.
Akan tetapi, jalan terjal dilalui Christo ketika mulai memasuki kelas pro dan merintis karier di sektor tunggal, ia berusaha menembus Australia Open 2013 namun upayanya kandas di babak pertama kualifikasi.
Hampir 12 tahun setelah ia memasuki kelas pro sejak 2007, mimpi Christo terwujud berkat keberhasilan dua tahun beruntun menjuarai Busan Open ditambah Gwangju Open 2019, menjadi runner-up Sofia Open 2019, serta dua gelar sebelumnya di Da Nang Vietnam 2019 dan Shenzen China 2019 di nomor ganda putra berpasangan dengan petenis Taiwan Hsieh Cheng-peng.
Christo/Hsieh berhak tampil ke babak utama French Open 2019 pada Juni dan Wimbledon 2019 sebulan kemudian nomor ganda putra berpasangan berdasarkan peringkatnya di ranking ATP.
"Hasil jerih payah dan pengorbanan saya bisa dibilang terbayar di Grand Slam kemarin itu," ujar Christo.
Di permukaan tanah liat komplek Roland Garros, Christo/Hsieh melangkah ke putaran kedua dan memberi perlawanan sengit sebelum dihentikan pasangan Prancis Gregoire Barrere/Quentin Halys 6-7(6), 6-3, 3-6.
Sedangkan di Wimbledon, Christo/Hsieh memaksa pasangan Austria Oliver Marach/Juergen Melzer yang merupakan unggulan ke-14 melakoni pertandingan selama lebih dari tiga jam sebelum mendapati skor akhir 3-6, 4-6, 6-1, 6-2, 9-11 di putaran pertama.
Di ganda campuran, berpasangan dengan petenis Jepang, Shuko Aoyama, Christo sempat lolos ke babak kedua Wimbledon.
Per 1 Juli 2019, Christo berada di peringkat ke-69 ranking ATP dan akan terus berjuang untuk melanjutkan mimpinya agar bisa tampil juga di US Open pada akhir Agustus.
Apa rahasianya bisa tampil di babak utama turnamen grand slam?
<!--more-->
Christopher Rungkat menebut "kembali" ke nomor ganda jadi kuncinya untuk bisa tampil di turnamen kelas Grand Slam pada tahun 2019.
Christo, demikian sapaan akrab petenis berusia 29 tahun itu, pernah berjaya di nomor ganda saat merintis karier dan menjuarai turnamen Grand Slam Australia Open 2008 di level junior berpasangan dengan petenis Finlandia Henri Kontinen, sebelum kemudian menjadi runner-up US Open pada tahun yang sama.
Ketika Christo promosi ke level pro, ia menempuh jalur tunggal, sesuatu yang cuma mengantarkannya kandas di babak pertama kualifikasi Australia Open 2013 dan kerap membuatnya merenungkan pilihan-pilihan kariernya selama hampir 12 tahun terakhir.
"Setiap hari kadang saya masih berpikir apa worth it ya?" katanya.
Kegagalan menembus babak utama Australia Open 2013, membuatnya berkontemplasi sembari masih mencoba peruntungan di nomor tunggal hingga 2016.
Sampai akhirnya, Christo tiba pada keputusan untuk mencoba jalur lain mewujudkan mimpinya tampil di Grand Slam.
"Setelah sampai 2016 sudah mencoba di nomor tunggal, saya berpikir sepertinya harus mencoba yang lain untuk mencapai mimpi itu," katanya.
"Saya coba beralih ke profesi ganda putra dan dua tahun belakangan ini prestasi saya jauh lebih bagus dibandingkan di tunggal ya," ujar Christo menambahkan.
Pada tahun 2018, Christo untuk pertama kalinya berhasil menembus peringkat 100 besar ranking ATP seusai menjuarai Busan Open, turnamen yang dimenanginya lagi setahun berselang dan jadi pijakan penting menuju mimpinya terwujud.
Sayangnya, peringkat ke-96 ranking ATP belum cukup untuk mengantarkannya tampil di Australia Open 2019 pada Januari lalu.
Christo bersama pasangannya petenis Taiwan Hsieh Cheng-peng kemudian mendulang poin lebih banyak dengan mencapai final turnamen level ATP 250, Sofia Open 2019, sembari menjuarai beberapa turnamen level ATP Challenger demi menembus peringkat 70-an ranking ATP.
"Nah di situlah ada chance untuk masuk ke French Open kemarin, di mana saya bisa menang di putaran pertama dan akhirnya bisa main lagi di Wimbledon," ujar Christo.
Ia mengaku berencana bertahan di nomor ganda setidaknya hingga 5-6 tahun mendatang. Ia berharap bisa meraup prestasi apapun yang bisa diraih.
Bagaiman dengan peluang ke Olimpiade 2020?
<!--more-->
Christopher Rungkat mengakui tantangan untuk lolos menuju Olimpiade 2020 Tokyo cukup berat. Apalagi saat ini ia masih berada di peringkat 69.
“Yang pasti cukup berat cuma kita gak pernah tahu. Contohnya tahun lalu (Asian Games 2018) kita gak ditargetkan emas tapi kita dapat emas,” kata Christo.
Meskipun dirasa berat, namun ia optimistis dapat menempati posisi 10 besar ATP atau Asosiasi Tenis Internasional sehingga bisa turut bermain di kategori ganda bersama rekan satu negaranya.
“Kalau ganda kan harus dua orang jadi dari sayanya juga Aldilanya harus menaikkan rankingnya lebih bagus supaya ada chance maju ke Olimpiade,” tutur dia.
Petenis berusia 29 tahun itu mengatakan ia harus mengikuti banyak turnamen internasional untuk mengumpulkan poin hingga Juni 2020 yang merupakan batas waktu menuju Olimpiade.
“Kita punya waktu dan mungkin ini harus jadi target saya dan Aldila bagaimana kita harus mencapai goal tersebut dan memaksimalkan usaha untuk mencapainya,” katanya.
Sebelumnya Ketua Umum Persatuan Tenis Indonesia (Pelti) Rildo Anwar juga berharap petenis Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi dapat lolos menuju Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang.