10 Klasifikasi dalam Paralimpiade, Medali Lebih Banyak daripada Olimpiade

Reporter

Tempo.co

Rabu, 25 Agustus 2021 16:55 WIB

Atlet renang asal Amerika Serikat, Natalie Sims bertanding dalam 400 meter gaya bebas di ajang Paralimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Aquatics Centre, Tokyo, Jepang, 25 Agustus 2021. REUTERS/Molly Darlington

TEMPO.CO, Jakarta - Paralimpiade diartikan sebagai olahraga untuk atlet difabel yang telah dilaksanakan selama lebih dari 100 tahun terakhir. Sejarah paralimpade diperkenalkan secara luas tidak sekitar Perang Dunia II. Tujuannya saat itu adalah untuk membantu sejumlah veteran perang dan warga sipil yang terluka selama masa perang.

Kisah awalnya bermula pada 1944, atas permintaan Pemerintah Inggris, Dr Ludwig Guttmann membuka pusat cedera tulang belakang di Rumah Sakit Stoke Mandeville di Inggris Raya, dan seiring waktu, olahraga rehabilitasi berkembang menjadi olahraga rekreasi dan kemudian menjadi olahraga kompetitif.

Lalu berlanjut pada 29 Juli 1948, di saat itu bertepatan dengan hari Upacara Pembukaan Olimpiade London 1948, Guttmann menyelenggarakan kompetisi pertama untuk atlet kursi roda yang ia beri nama Stoke Mandeville Games, sebuah tonggak sejarah dalam sejarah Paralimpiade. Mereka melibatkan 16 prajurit dan wanita yang terluka yang ikut serta dalam memanah.

Kemudian pada 22 September 1989, Komite Paralimpiade Internasional didirikan sebagai organisasi nirlaba internasional di Dusseldorf, Jerman, untuk bertindak sebagai badan pengatur global Gerakan Paralimpik.

Dalam paralimpiade dikenal dengan istilah klasifikasi, sehingga jumlah medali yang diperebutkan dalam satu nomor pertandingan jauh lebih banyak dibandingkan gelaran Olimpiade.

Advertising
Advertising

Mengapa bisa demikian? Klasifikasi nomor lomba di Paralimpiade lebih beragam. Untuk satu nomor perlombaan Olimpiade misalnya, bisa menjadi beberapa nomor perlombaan di Paralimpiade, menyesuaikan kategori difabel tiap atlet.

Seperti contoh, dari nomor lari 100 meter putra misalnya, hanya satu nomor untuk Olimpiade tetapi ada lima nomor untuk Paralimpiade. Klasifikasi kelima nomor perlombaannya adalah gangguan penglihatan, kursi roda, celebral palsy, amputasi, dan prostesis (alat bantuan/kaki palsu).

Ada pula klasifikasi atlet difabel ini dikelompokkan kembali berdasarkan derajat keterbatasan aktivitas akibat dari gangguan difabelnya. Dalam hal ini ada tiga langkah yang digunakan IPC dalam menetapkan klasifikasi.

Ketiga langkah klasifikasi tersebut adalah apakah disabilitas memenuhi kriteria minimum olahraga, apakah difabelnya memenuhi syarat untuk olahraga tertentu, dan kelas olahraga yang paling tepat menggambarkan batasan aktivitasnya. IPC lantas menetapkan 10 kategori atlet di Paralimpiade.

1. Kekuatan otot.
Yang dimaksud disini adalah berkurangnya kekuatan otot atau kelompok otot, seperti otot satu anggota badan atau bagian bawah tubuh yang disebabkan, misalnya, cedera tulang belakang, bifida, polio, dan spina.

2. Rentang gerakan pasif
Maksudnya adalah rentang gerakan sendi yang berkurang secara permanen, misalnya karena arthrogryposis. Hipermobilitas sendi, ketidakstabilan sendi, dan kondisi akut, seperti artritis, tidak dianggap memenuhi syarat.

3. Anggota gerak
Yaitu tidak adanya tulang atau persendian total atau sebagian sebagai akibat trauma (misalnya kecelakaan mobil), penyakit (misalnya kanker tulang) atau defisiensi anggota badan bawaan (misalnya dysmelia).

4. Perbedaan panjang kaki
Pemendekan tulang pada satu kaki karena kelainan bawaan atau trauma.

5. Perawakan pendek
Yakni berkurangnya tinggi badan saat berdiri karena dimensi abnormal tulang tungkai atas dan bawah atau batang tubuh, misalnya karena akondroplasia atau disfungsi hormon pertumbuhan.

6. Hypertonia
Yakni peningkatan ketegangan otot yang tidak normal dan berkurangnya kemampuan otot untuk meregang, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau multiple sclerosis.

7. Ataksia
Kurangnya koordinasi gerakan otot karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak atau multiple sclerosis.

8. Athetosis
Umumnya ditandai dengan gerakan yang tidak seimbang, tidak disengaja, dan kesulitan dalam mempertahankan postur simetris, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau multiple sclerosis.

9. Gangguan Penglihatan
Kategori ini melingkupi samar penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan struktur mata, saraf optik atau jalur optik, dan atau korteks visual.

10. Gangguan Intelektual
Ini adalah keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif seperti diekspresikan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis, yang dimulai sebelum usia 18 tahun. Klasifikasi ini menjadi pertimbangan pula di Paralimpiade Tokyo 2020.

PRIMANDA ANDI AKBAR

Baca: Pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 Begini Seragam Defile Kontingen Indonesia

Berita terkait

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

21 jam lalu

Cerita Peserta Disabilitas Ikut UTBK 2024 di UI

Begini cerita Makhsun Intikhon, penyandang disabilitas netra yang mengikuti UTBK untuk kedua kalinya di UI.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

22 jam lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

1 hari lalu

Cerita Calon Mahasiswa Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa

Unesa menjadi lokasi pelaksanaan UTBK SNBT 2024 untuk calon mahasiswa disabilitas.

Baca Selengkapnya

Mengenal Olympic Phryge, Topi Khas Suku Frigia yang Jadi Maskot Olimpiade Paris 2024

1 hari lalu

Mengenal Olympic Phryge, Topi Khas Suku Frigia yang Jadi Maskot Olimpiade Paris 2024

Olympic Phryge, maskot Olimpiade Paris 2024, diangkat sebagai simbol kebebasan danrepresentasi alegori Republik Prancis.

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

1 hari lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

2 hari lalu

Dari UTBK Hari Pertama: Peserta Datang Tak Sampai 100 Persen, 7 Dicoret dari Layanan Disabilitas

Sebanyak 1.700 peserta tercatat mengikuti UTBK-SNBT 2024 pada hari pertama di Universitas Jember, Selasa 30 April 2024

Baca Selengkapnya

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

4 hari lalu

Memahami Pentingnya Kesetaraan Lewat Lomba Lari

Plan Indonesia dan YPAC mengingatkan masyarakat soal isu kesetaraan melalui lomba lari bertajuk 'Run for Equality'.

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

5 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

7 hari lalu

Lifecare Taxi Terbaru dari Bluebird untuk Layani Difabel dan Lansia, Pakai Toyota Voxy

Bluebird meluncurkan layanan Lifecare Taxi untuk menunjang kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia.

Baca Selengkapnya

4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

27 hari lalu

4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

Setelah usia mencapai 40-an, risiko masalah mata pun meningkat dan perlu diwaspadai. Berikut empat masalah tersebut.

Baca Selengkapnya