Trend Tenis Dunia: Bintang Veteran Masih Berkuasa
Editor
Nurdin Saleh TNR
Minggu, 1 Februari 2015 09:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Petenis Jepang berumur 25 tahun, Kei Nishikori, meyakini 2015 akan menjadi tahun milik para petenis generasi muda. Dia memperkirakan para petenis generasi muda itu bakal menggeser dominasi para petenis veteran, terutama kuartet Novak Djokovic, Roger Federer, Rafael Nadal, dan Andy Murray.
Alasannya sederhana dan masuk akal: petenis generasi seangkatannya berprestasi gemilang sepanjang tahun lalu. Selain mencapai babak perempat final turnamen Grand Slam Wimbledon dan final AS Terbuka 2014, Nishikori sendiri juga lolos ke turnamen akhir tahun Finals ATP Masters yang diikuti hanya delapan petenis terbaik sepanjang 2014. Hasilnya, Nishikori menerobos ke peringkat kelima dunia tahun lalu. (Baca: Novak Djokovic Lolos ke Final Australia Terbuka)
Tak hanya dia seorang. Pemain generasi muda yang juga ikut meroket ialah Milos Raonic, 24 tahun. Petenis Kanada ini mencapai babak keempat Australia Terbuka, perempat final Prancis Terbuka, semifinal Wimbledon, dan babak keempat AS Terbuka. Prestasinya itu membuatnya masuk sebagai satu dari delapan petenis yang tampil di Final ATP Masters 2014. Tahun lalu pula dia menutup peringkat akhirnya di urutan kedelapan.
Satu pemain muda lagi yang tak kalah luar biasa prestasinya adalah Grigor Dimitrov. Petenis Bulgaria berumur 25 tahun ini mencapai babak perempat final Australia Terbuka, babak ketiga Prancis Terbuka, semifinal Wimbledon, dan babak keempat AS Terbuka. Dimitrov menempati peringkat kesepuluh dunia.
Tentu saja mereka menjadi ancaman buat para petenis yang sudah mapan. Tapi, Roger Federer, 34 tahun, santai saja. Dia malah punya keyakinan berbeda. “Saya pikir tahun 2015 masih akan didominasi para pemain veteran,” tuturnya. “Saya pikir mereka masih harus bersabar lagi untuk dapat menggeser kuartet pemain utama putra dunia tahun ini.”
Selanjutnya: Verboden untuk para junior
<!--more-->
Tak perlu menunggu lama. Di turnamen Grand Slam pertama tahun ini, Australia Terbuka, ternyata para veteran memasang tanda verboden untuk para juniornya. Babak final putra dan putri Australia Terbuka kali ini sepenuhnya dikuasai para petenis veteran.
Ternyata laga final masih diisi nama itu-itu juga. Pada bagian putra, petenis nomor satu dunia dari Serbia berumur 27 tahun, Djokovic, ditantang petenis nomor enam dunia yang juga beumur 27 tahun asal Inggris, Andy Murray. Sedangkan di bagian putri, petenis nomor satu dunia berumur 33 tahun dari AS, Serena Williams, menghadapi petenis Rusia peringkat kedua dunia berusia 27 tahuh, Maria Sharapova. (Baca: Tekuk Sharapova, Serena Juara Australia Terbuka)
Bagaimana dengan para pemain muda? Nishikori dan Raonic terhenti di babak perempat final, masing-masing dikalahkan oleh Wawrinka dan Djokovic. Adapun Dimitrov ditaklukkan Murray pada babak perdelapan final. Pada bagian putri, Simona Halep dan Eugenie Bouchard, yang mewakili petenis generasi muda, juga rontok di babak penyisihan.
Selanjutnya: Pengalaman adalah kuncinya
<!--more-->
Halep, bintang tenis baru asal Rumania berumur 23 tahun peringkat ketiga dunia, kalah di babak perempat final, ditaklukkan unggulan kesepuluh dari Rusia, Ekaterina Makarova. Sedangkan Bouchard, yang berumur 20 tahun, peringkat ketujuh dunia, tak berkutik melawan Maria Sharapova (Rusia), juga di babak perempat final. Bouchard bahkan kalah 6-0 di set kedua.
Soal jam terbang menjadi jawabannya. Kekalahan para petenis muda itu bukan karena kalah dari segi teknik atau fisik. Dalam dua hal itu, hampir tidak ada beda antara para pemain muda dan para veteran tersebut. Para pemain muda itu hanya tampil kurang tenang, kurang matang, dan inkonsisten, terutama pada poin-poin kritis.
Hal itulah yang ditunjukkan Dimitrov saat menghadapi Murray pada babak perempat final. Bahasa tubuh Dimitrov menampilkan dengan jelas rasa kecewanya saat gagal memenangi poin-poin kritis. Pacar Maria Sharapova ini juga sempat membanting raket hingga patah karena kehilangan peluang merebut poin.
Nishikori dan Raonic sama saja. Mereka tidak menyadari bahasa tubuh mereka yang menunjukkan kekecewaan saat kehilangan poin atau peluang itu membuat lawan tambah percaya diri.
Para pemain veteran itu dapat lolos hingga babak final berkat ketenangan, kematangan, dan konsistensi dalam bermain. Mereka mampu mengatasi saat-saat kritis dengan tenang dan tetap bersikap optimistis. Hal inilah yang membuat lawan menjadi tegang dan berpikir lebih keras lagi untuk memenangi pertandingan.
Karena itulah, benar apa yang dikatakan Federer bahwa para petenis generasi muda masih harus banyak bersabar untuk dapat menggeser dominasi para pemain veteran. Namun juga harus diakui bahwa para petenis generasi muda akan menjadi ancaman sepanjang 2015 ini kalau para pemain veteran tersebut lengah.
ATP | WTA | AGUS B
Berita Lain
Di Jakarta, Louis Saha: Suporter Indonesia Terbaik
Direktur MU: Rooney cs Pasti Datang ke Indonesia
Sturridge Cetak Gol, Liverpool Tekuk West Ham 2-0
MU Pukul Leicester 3-1, Geser Soton dari 3 Besar
Tanpa Ronaldo, Madrid Kalahkan Anak Asuh Moyes