TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan penggunaan logo atau gambar lima ring milik International Olympic Commitee yang digunakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia mulai menemui titik temu. Pada pertemuan antara KONI, Komite Olahraga Indonesia, serta Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta, kemarin, kedua belah pihak menyerahkan masalah tersebut kepada pemerintah.
Ketua KONI Tono Suratman mengatakan, baik KONI maupun KOI meminta kepada Kemenpora untuk memfasilitasi sengketa ini. "Semoga dalam waktu dekat bisa segera selesai karena kami ingin Asian Games bisa terus berjalan," kata Tono di kantor Kemenpora.
Namun, mengenai logo, Tono berharap KONI masih bisa menggunakannya. "Kita tunggu saja hasilnya," ucap Tono.
KONI sebelumnya pernah memakai logo lima cincin. Namun, lewat Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa pada 23 Februari 2007, diputuskan bahwa logo KONI tidak memuat lima cincin Olimpiade karena fungsi perwakilan komite Olimpiade akan diserahkan kepada KOI.
Namun, pada 9 Maret 2014, KONI kembali menggunakan logo lima cincin lewat Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa. Alasannya, KONI ingin mengusung semangat Olimpiade. Hal inilah yang kemudian memunculkan polemik antara KONI dan KOI.
Lebih lanjut, Tono mengatakan, untuk kali ini, KONI tidak perlu menggelar Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa untuk memutuskan logo lima cincin. "Bisa juga dibawa ke Munaslub, tapi saya rasa itu tidak penting," katanya.
Juru bicara Kemenpora, Gatot Dewa Broto, menyambut baik keputusan KONI dan KOI yang menyerahkan polemik penggunaan logo ini kepada pemerintah. Menurut dia, pemerintah akan bersikap netral dalam menyelesaikan polemik penggunaan logo Olimpiade ini.
Posisi pemerintah ialah ingin menyelesaikan masalah dengan mengurangi segala risiko yang ada sekaligus bisa menguntungkan banyak pihak.