TEMPO.CO, Jakarta - Anthony Joshua, juara tinju dunia kelas berat versi WBA dan IBF, adalah primadona di negeri asalnya: Inggris. Tiap kali bertanding, arena pertarungan pun selalu diserbut penonton.
Saat menjalani laga terakhirnya, dan berhasil mengalahkan Carlos Takam dengan TKO di ronde 10 pada Sabtu lalu, sebanyak 78 ribu penonton hadir di arena Principality Stadium, Cardiff.
Sebelum itu, tiga pertandingannya juga memikat penonton. Di O2 Arena London ada 16 ribu penonton yang hadir, lalu Manchester Arena (21 ribu penoton), dan Wembley Stadium (90 ribu penonton). Laga yang paling mengundang penonton adalah saat dia mengalahkan Wladimir Klitschko, April lalu.
Sayangnya, petinju yang memiliki rekor kemenangan 20-0 itu belum teruji di luar negeri. Padahal, di arena tinju ada anggapan bahwa seorang bisa dikatakan sukses bila mampu menaklukkan penonton di Amerika Serikat.
Kini, target itulah yang dibidik Joshua dan promotornya, Eddie Hearn. Pada 2018 mereka menargetkan bertarung di Amerika, dan menyatukan sabuk di kelas berat.
Joshua menyatakan saat ini ia sudah melewati berbagai level: lokal, Inggris, dan kini dunia. "Kini kami sudah berada di level dengan ambisi ingin menguasai divisi (kelas berat)," kata dia.
Hearn mengakui tak akan mudah menaklukkan Amerika. "Saya pikir kami butuh rencana matang untuk melangkah maju," kata dia. Ia tak ingin bertarung di negara lain di tempat yang hanya menampung 4.000 pentonon demi tambahan sedikit uang.
Joshua sendiri berharap, petinju Amerika yang akan berinisiatif menantangnya. "Di Inggris, sulit mendapat respek di kelas berat. Selalu saja soal Amerika. Dan kini para petinju luar ingin datang ke sini dan bertarung. Itu bagus, saya menyukainya," kata petinju yang kerap dijuluki AJ ini.
Dua calon lawan utama Joshua adalah Joseph Parker (juara kelas berat WBO) da Deontay Wilder (WBC). Parker, yang berasal dari Selandia Baru dan tinggal di Las Vegas, kemungkinan akan jadi target pertama Joshua.
AP