TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki latar belakang dari keluarga pengembara atau Gypsy asal Irlandia, membuat petinju Tyson Fury memiliki karakter yang terbuka dan keras, sehingga kerap terlibat dalam perseteruan kontroversial akibat ucapan dan tindakannya.
Kemenangan Tyson Fury melawan petinju kelas berat asal Ukraina, Wladimir Klitschko, pada 2015 menjadi awal karier gemilang atlet berjuluk Raja Gypsy ini menjadi salah satu petinju terbesar dunia. Ia pun menjadi petinju termahal dengan penghasilan 31 juta pound sterling atau sekitar Rp 556 milyar, yang menurutnya kini tidak dapat dibanggakan.
Cedera pergelangan kaki yang dialaminya saat melawan kembali Wladimir Klitschko, menjadi alasan dirinya terjebak dalam lubang keterpurukan. Ia terbukti positif menggunakan steroid (obat pembesar otot) yang dilarang penggunaannya dalam sebuah pertandingan olahraga.
Selama dua tahun Tyson Fury tidak diperbolehkan untuk mengikuti segala pertandingan tinju. Hal ini pun membuat Tyson mengalami depresi berat. Pada masa kelamnya ini, berat badannya bertambah drastis. Ia pun turut mengkonsumsi alkohol dan narkoba yang menjadi pelariannya dalam mencari kebahagiaan.
Petinju kelas berat Inggris, Tyson Fury dan istrinya Paris. Furyb akan menghadapi Deontay Wilder dalam perebutan gelar kelas berat WBC di Staples Center Los Angeles pada 1 Desember 2018. (Reuters)
Awalnya sang Raja Gypsy hendak berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri melewati pembatas tebing. Namun, kini, kesehatannya telah membaik melalui olahraga, serta berkat dukungan keluarga dan sang istri, Paris, yang selalu mendorong Tyson untuk mengikuti program konsultasi psikologis secara rutin.
Kepercayaan iman yang kuat juga menuntun sang Raja Gypsy untuk bangkit dari keterpurukan, sehingga ia telah kembali melakukan rutinitas yang biasa dilakukan, yakni tinju, sejak Desember 2018. Kebahagiaan juga terus mendatangi Tyson Fury dan keluarganya. Istrinya, Paris baru saja melahirkan anak kelima mereka pada Februari lalu.
Menurut kabar yang beredar, Tyson Fury telah menyumbangkan separuh hartanya, sebesar 7 juta pound untuk sebuah amal. Hatinya tergerak ketika melihat banyak orang kurang mampu, yang tidak memiliki hidup layak di jalanan. Melalui aksi amal yang sering dilakukannya, Tyson menemukan sisi baru dalam dirinya. Kini ia tidak mau berpura-pura menjadi orang jahat dan hanya ingin menjadi dirinya sendiri.
THE SUN | INDEPENDENT | CAECILIA EERSTA