TEMPO.CO, JAKARTA – Tokyo Marathon Foundation mendadak mengumumkan bahwa ajang perlombaan tahunannya itu akan dibatasi untuk publik demi mencegah penyebaran virus korona. Akibatnya, bos Bukalapak, Fajrin Rasyid, yang sudah lama mendaftar, tidak bisa ikut.
Dari sebanyak 38.000 pendaftar, hanya akan ada 212 peserta pada salah satu ajang marathon terbesar di dunia ini.
Panitia mengatakan bahwa mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan dalam skala yang semula direncanakan. Marathon tetap dilaksanakan sesuai jadwal pada 1 Maret 2020 dan menjadi uji coba Olimpiade untuk para atlet elit.
Pembatasan tersebut membuat para pesertanya kecewa, namun tak sedikit juga yang memaklumi karena kesehatan adalah hal yang utama harus diperhatikan. Salah satu peserta dari Indonesia yang juga batal barangkat ke Tokyo adalah presiden dan co-founder Bukalapak, Fajrin Rasyid. Dirinya mengaku sedih saat mengetahui informasi pembatasan peserta di Tokyo Marathon.
“Sedih karena sudah menanti dan mempersiapkan diri sejak cukup lama. Namun in the end berlari itu kan untuk kesehatan, dan health and safety first tentunya menjadi alasan utama panitia membatalkan, sehingga saya bisa memahami itu,” kata Fajrin, Selasa, 18 Februari 2020.
Pria 33 tahun itu sudah merutinkan lari 3-4 kali seminggu dengan total jarak tempuh 50-60 km untuk persiapan di Tokyo Marathon sejak akhir tahun lalu.
Fajrin mulai menekuni dunia atletik ini sejak 2018. Pada pertengahan 2018 ia mengikuti lomba lari pertamanya di Milo Jakarta Internasional 10K, “Awalnya cuma bisa lari 1 sampai 2 kilo saja, tapi lama-lama saya jadi suka lari dan bertekad ingin bisa lari lebih jauh dan akhirnya bisa lari lebih jauh.”
Ia bercerita bahwa dulu saat berjalan kaki beberapa ratus meter saja sudah membuatnya sangat lelah, “Setelah periksa, ternyata asma. Saya berpikir kalo saya gak berubah, nanti kondisinya semakin parah,” katanya.
Dahulu memang olahraga lari belum begitu populer tapi Fajrin melihat beberapa temannya melakukan itu. Pertama kali dirinya mencoba, ia memasang target untuk bisa berlari selama 30 menit.
“Hasilnya? Ya saya berhasil berlari selama tiga menit, bukan tiga puluh menit. Tapi setelahnya saya biasakan, saya bisa berlari selama lima menit, lalu tujuh menit, sembilan, sebelas, lima belas dan akhirnya lebih dari tiga puluh menit.”
Co-founder Bukalapak itu mengaku bahwa usahanya agar bisa berlari jauh juga diterapkan pada pemikirannya dalam mengelola startup, “Startup itu kan dituntut untuk dapat tumbuh dengan cepat. Nah apakah wajar ketika startup yang kita kelola sudah bertumbuh tetapi kitanya tidak? Tidak hanya persoalan di startup, melainkan juga bagaimana kita mengupgrade diri kita agar kita siap dengan persoalan yang lebih besar,” katanya.
Ketekunannya dalam dunia marathon sudah membawanya dalam delapan ajang lari marathon. Salah satu yang paling membekas adalah, ketika dirinya ikut serta dalam ITB Ultra Marathon 2018. Dengan kondisi jalur yang sedikit terjal dan cuaca gerimis tidak membuatnya menyerah berhenti di tengah perjalanan.
Rute lari saat itu mulai dari rumah makan Rasa Sunda daerah Cipatat dan berakhir di gerbang Kota Baru Parahyangan, sekitar 9,7 kilometer. Acara yang diadakan oleh para alumni ITB itu sukses dilaluinya tanpa ada kendala fisik yang berarti.
Sayangnya, kesempatan untuk mengikuti salah satu ajang marathon terbesar di dunia belum bisa dimilikinya. Tetapi dengan adanya pembatalan Tokyo Marathon karena virus corona, Fajrin akan tetap mempersiapkan diri untuk ajang marathon lainnya, seperti Pocari Run di Bandung pada Juli dan Jungfrau Marathon di Swiss pada September 2020.
NURUL FARA