TEMPO Interaktif, Jakarta: Masih ingat atlet tepok bulu Haryanto Arbi? Mantan juara dunia bulutangkis 1995 itu sudah lama menggantungkan raketnya. Kini, ia mengurus bisnis yang tak jauh dari olahraga, yaitu peralatan bulu tangkis merek Fly Power.
Bersama sejumlah koleganya, pria 37 tahun itu memproduksi pakaian olahraga, sepatu, raket, hingga karpet lapangan. "Kebetulan saya bisa usaha. Jadi hari tua saya tak bergantung pada pemerintah," tutur Haryanto yang ditemui di sebuah restoran di Plaza Indonesia, Jakarta, Senin (2/2),
Usahanya tidak tiba-tiba tumbuh besar. Ia memulai nol, sejak 2003. Lima tahun kemudian, untuk pasaran Indonesia peralatan olahraganya menempati posisi kedua setelah merek Yonex. Ia gembira dan bangga dagangannya makin terkenal dan omzetnya melesat.
Bahkan produksi alat olahraga telah menembus pasar ekspor. Dibanding teman-teman sesama atlet, ia akui hidupnya lebih mapan. Usahanya maju pesat. Tapi, Haryanto kerap tak dapat melupakan keprihatinannya atas nasib para atlet.
Tiadanya perhatian pemerintah kepada pensiunan atlet, membuat Haryanto yang dua kali meraih juara di All England ini sedikit kecewa. Bukan kecewa pada dirinya sendiri, tapi lebih pada sesama mantan atlet yang hidupnya memprihatinkan. "Banyak mantan atlet yang tidak jelas nasibnya."
Atlet yang bisa banting setir ke dunia usaha tidak banyak yang sukses. Padahal, untuk terjun ke bisnis perlu modal. Umumnya, modal para atlet adalah uang hasil keringat semasa menjadi juara. Apabila uang hadiah habis, tamat pulalah sumber keuangan seorang atlet.
Di negara lain, menurut Haryanto, mantan atlet bisa bertahan dengan jaminan hari tua dari pemerintahnya. Di Indonesia, sulit berharap ada jaminan itu walau sudah kerap menagih. “Tak ada inisiatif dari pemerintah. Kalau kami minta dibilang mata duitan, mengejar materi. Mestinya, setelah atlet membuktikan prestasinya , pemerintah memberi penghargaan,” ujarnya.
BERNADETTE CHRISTINA