TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 4 September 2022, menandai 50 tahun perjalanan bulu tangkis sebagai olahraga Olimpiade. Pada Olimpiade 1972, dua wakil Indonesia, Rudy Hartono dan Christian Hadinata/Ade Chandra berhasil juara dalam partai eksinisi.
Bulu tangkis baru memulai debutnya sebagai olahraga yang memperebutkan medali di Olimpiade pada 1992. Namun, cabang olahraga ini sudah pernah dipentaskan di Olimpiade 20 tahun sebelumnya sebagai olahraga eksibsi, di Olimpiade 1972 yang berlangsung di Munchen, Jerman.
Kala itu, pertandingan digelar sehari saja, Senin 4 September 1972, dalam tiga sesi. Berlangsung di Aula Bola Voli dengan memakai dua lapangan acara tersebut menarik penonton yang mengesankan meskipun sedikit liputan pers, dengan 3.970 tiket terjual.
Sebanyak 25 pemain dari 11 negara diundang. Kompetisi berlangsung dalam empat cabang: tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran. Untuk mengatasi keterbatasan akomodasi dan biaya, ada beberapa kombinasi yang diperkuat pemain sama dalam dua nomor ganda.
Tampil dalam acara itu sejumlah pemain yang saat itu tengah menjadi bintang, termasuk seperti Rudy Hartono, Svend Pri, Gillian Gilks, Noriko Nakayama (nee Takagi), Christian Hadinata/Ade Chandra, dan Ng Boon Bee/Punch Gunalan. Herbert Scheele adalah Wasit Kehormatan.
Karena setiap acara memiliki delapan pemain/pasangan, kompetisi dimulai dengan perempat final di sesi pertama mulai 10.00. Dalam sesi terakhir yang dimulai pukul 20.00, Rudy Hartono berhasil mengalahkan Svend Pri (Denmark) di nomor tunggal putra. Nokiko Nakayama (Jepang) menjuarai tunggal putri mengalahkan Utami Dewi (Indonesia).
Di partai ganda putra, pasangan Indonesia Christian Hadinata / Ade Chandra merebut gelar dengan mengalahkan Ng Boon Bee/Punch Gunalan (Malaysia). Sedangkan gelar ganda campuran diraih Derek Talbot/Gillian Gilks (Inggris) yang menang atas Svend Pri/Ulla Strand (Denmark).
Pemenang dan runner-up saat itu menerima medali yang dibuat khusus untuk acara tersebut. Medali itu tak masuk dalam perhitungan medali olimpiade.
Kompetisi saat berjalan dengan lancar, namun butuh usaha dan biaya yang cukup besar oleh IBF (sekarang BWF). Biaya yang harus dikucurkan IBF mencapai 500 pound (Rp 8 jutaan), jumlah yang sangat besar untuk ukuran saat itu. Salah satu cara IBF mengumpulkan dana adalah dengan menjual stiker turnamen pada negara anggotanya.
Selanjutnya: Daftar Hasil final Olimpiade 1972 dan para pemain yang diundang