TEMPO.CO, Jakarta - Mantan petenis nomor satu dunia dan peraih dua gelar Grand Slam, Simona Halep, diskors dari arena tenis profesional selama empat tahun. Petenis Rumania itu dianggap terbukti melanggar aturan doping.
Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA), pada Selasa, 12 September 2023, mengatakan, Halep telah melakukan pelanggaran aturan anti-doping yang disengaja. Ia gagal dalam tes doping selama US Open 2022 dan ditemukan ketidakberesan dalam Paspor Biologis Atletnya.
Halep telah diskors sementara sejak Oktober 2022. Larangan empat tahun tersebut akan berlaku hingga 6 Oktober 2026.
Halep pernah mencapai puncak karier pada 2017 hingga 2019. Ia mencapai peringkat 1 WTA pada 2017. Dia menjuarai Wimbledon pada 2019, dengan mengalahkan juara utama 23 kali Serena Williams di final, setahun setelah memenangkan Prancis Terbuka.
Halep berencana mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga. Ia menyalahkan suplemen nutrisi terkontaminasi atas hasil tes doping tersebut.
“Saya terus berlatih dan melakukan segala daya saya untuk membersihkan nama saya dari tuduhan palsu ini dan kembali ke pengadilan,” kata Halep dalam sebuah pernyataan.
Dia juga mengatakan akan “menempuh semua upaya hukum terhadap perusahaan suplemen yang bersangkutan.”
Pertimbangan ITIA
Pengadilan ITIA mendengar kesaksian Halep dan saksi ahli ilmiahnya, tetapi akhirnya menyimpulkan bahwa pemain tersebut melakukan kedua pelanggaran tersebut di atas.
“Pengadilan menerima argumen Halep bahwa mereka telah mengonsumsi suplemen yang terkontaminasi. Namun, diputuskan bahwa volume yang dikonsumsi pemain tersebut tidak akan menghasilkan konsentrasi Roxadustat yang ditemukan dalam sampelnya yang positif,” kata ITIA.
Roxadustat, menurut badan obat-obatan Uni Eropa, merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak hormon alami eritropoietin, atau EPO. Ini telah lama menjadi produk doping yang disukai oleh pengendara sepeda dan pelari jarak jauh.
Profil paspor biologis Halep telah diperiksa oleh panel ahli. Paspor semacam itu memberikan pemetaan dasar tentang zat-zat dalam tubuh seorang atlet dan dianggap sebagai cara untuk membantu memetakan doping.
Pengadilan melaporkan bahwa “kemungkinan doping” adalah penjelasan atas ketidakberesan dalam profil paspor biologis Halep.
Bukan Kasus Besar Pertama
Halep menjadi petenis paling menonjol yang menerima larangan bermain sejak juara Grand Slam lima kali Maria Sharapova dinyatakan positif menggunakan zat terlarang baru di Australia Terbuka 2016. Sharapova mengajukan banding atas skorsing dua tahunnya ke CAS. Berkat banding itu, hukumannya dikurangi karena dia dianggap melakukan “kesalahan yang tidak terlalu signifikan” dalam kasus tersebut dan tidak dapat “dianggap sebagai pelaku doping yang disengaja.”
Menaggapi kasus Halep, WTA mengeluarkan pernyataan dan mengatakan bahwa “sangat penting bagi para pemain untuk menyadari peraturan Program Anti-Doping Tenis dan mengikutinya. WTA akan mendukung keputusan yang diambil melalui proses tersebut dan akan terus menindaklanjutinya dengan cermat.”
Halep, yang akan berusia 35 tahun ketika skorsingnya berakhir, mengatakan dia telah menyesuaikan suplemen nutrisinya menjelang musim lapangan keras 2022.
“Saya memperhatikan peraturan yang mengatur olahraga kita dengan sangat serius dan bangga dengan kenyataan bahwa saya tidak pernah secara sadar atau sengaja menggunakan zat terlarang apa pun,” katanya dalam pernyataannya.
“Saya tak akan menerima keputusan skorsing empat tahun.”
Halep sempat mempertimbangkan untuk pensiun pada awal tahun 2022 setelah serangkaian cedera. Namun, dia membatalakan rencana itu karena merasa segar kembali setelah bekerja sama dengan pelatih Patrick Mouratoglou, yang pernah bekerja dengan Serena Williams.
SKY SPORTS | REUTERS | WTA
Pilihan Editor: Usia Sudah 36 dan Meraih 24 Gelar Grand Slam, Kapan Novak Djokovic Pensiun?