TEMPO.CO, Jakarta - Petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, tak pernah sungkan menyampaikan isi pikirannya meski hal itu akan membuat sejumlah pihak tak nyaman. Pekan ini ia menyoroti hubungan tenis dengan sponsor dari rumah perjudian.
Dalam komentar terbarunya, Djokovic mengkritik cara pengelola turnamen tenis berhubungan dengan rumah judi dan kecilnya nilai yang didapat pemain dari hubungan tersebut.
Saat ini hubungan penyelenggaraan pertandingan tenis dengan rumah taruhan sebagai sponsor memang kian tak terpisahkan. Penyelenggara pertandingan kompetisi profesional non-ATP dan WTA di Inggris dan Amerika juga menjual tayangan pertandingan profesional mereka ke situs taruhan dan mendanai acara mereka dengan pendapatan tersebut.
Hubungan olahraga dan rumah taruhan sudah lama menjadi topik yang kontroversial, karena dinilai membuka peluang pengaturan skor. Para pemain hanya memperoleh penghasilan minimal dari lapangan bisa tergiur untuk mengatur skor.
Hukuman skorsing bagi pemain yang dinyatakan bersalah melakukan pengaturan pertandingan sudah konsisten diberikan. Namun, pelaku baru terus saja muncul.
Djokovic menilai, uang yang dihasilkan dari perjudian tenis atau dari hubungan penyelenggara turnamen dengan rumah taruhan harusnya mengalir dalam proporsi besar ke para pemain.
“Karena integritas olahraga, kami sebagai pemain tidak diperbolehkan menempelkan logo perusahaan taruhan apa pun pada pakaian kami saat bermain di lapangan dan kami tidak mendapatkan bagian (nilai sponsor) yang adil,” kata Djokovic.
“Ketika mengatakan pembagian yang adil, saya maksudkan adalah 50/50 setidaknya dengan turnamen yang diperbolehkan memiliki sponsor utama dari dunia taruhan."
“Secara pribadi, saya mungkin tidak akan menerima sponsor rumah taruhan, tetapi saya tahu bahwa mungkin 95 persen pemain akan melakukan hal itu."
“Saya akan mendukung hal itu tetapi jika hal itu tidak diperbolehkan, maka apa yang pantas kami dapatkan adalah 50 persen dari bagian yang didapat turnamen tersebut dari kesepakatan sponsorship dengan rumah taruhan."
“Miliaran dolar (dari sponsor rumah judi) beredar setiap minggunya dari turnamen tenis di berbagai tingkatan. Saya rasa, para pemain berada dalam posisi yang sangat dirugikan dalam situasi tersebut. Itu adalah sesuatu yang perlu dibicarakan lebih lanjut."
“Kita perlu meningkatkan kesadaran pemain tentang masalah ini; di area ini para pemain tidak mendapatkan keuntungan sama sekali dan memberikan terlalu banyak nilai mereka, dan ekosistem tenis lainnya jelas mendapat keuntungan dari hal ini dan kami tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lagi."
“Ini adalah nilai yang sangat signifikan dan uang harusnya diperoleh para pemain.”
Djokovic meminta otoritas olahraga tenis berlaku pengaturan soal sponsor rumha judi tersebut di tengah masalah terus munculnya dugaan pengaturan skor.
“Saya pikir di situlah fokusnya seharunya, karena menjadi anggota Dewan Pemain ATP selama hampir satu dekade, kapan pun kami membahas masalah ini, yang biasanya muncul dalam diskusi adalah integritas,” kata petenis yang baru meraih gelar grand slam ke-24 ini.
Perjuangan untuk memastikan pemain tak curang, kata Djokovic, perlu didukung. Tapi permainan psikologis yang keliru perlu dihindari, ketika masalah utamanya tak dibicarakan. "Ini yang perlu diwaspadai oleh kami, para pemain.”
Tema yang dilontarkan oleh Djokovic diperkirakan akan sulit dibahas secara terbuka. Para otoritas tenis akan berhati-hati membahas kaitan pengaturan skor dan rumah judi. Uang yang dihasilkan dari sponsor yang terkait dengan perjudian diketahui menyokong pendanaan tenis di luar level tur utama.
Adapun keberanian Djokovic menyuarakan isu sensitif ini tidaklah mengherankan. Petenis ini memang akrab dengan kontroversi sepanjang kariernya.
Ia, misalnya, harus terusir dari Australia Open 2022 dan absen di US Open tahun sama karena menolak divaksin Covid-19. Pada turnamen Prancis Terbuka tahun ini ia juga mambawa isu politik ke lapangan.
Seusai tampil di salah satu pertandingan grand slam Prancis Terbuka tersebut Djokovic sempat menulis “Kosovo adalah jantung Serbia” di lensa kamera TV di tepi lapangan. Sontak ulahnya mendapat banyak sorotan karena pada saat sama tengah terjadi ketegangan etnis yang meningkat di Balkan.
TENNIS365 | EXPRESS
Pilihan Editor: Klasemen Perolehan Medali Asian Games 2023: Hari Pertama, Indonesia di Peringakt 8