TEMPO.CO, Jakarta - Kapten Timnas Argentina U-17 Claudio Echeverri mendapat sorotan usai membawa tim muda La Albiceleste menjadi juara grup D Piala Dunia U-17 2023. Dia disebut-sebut sebagai penerus Lionel Messi.
Nama Echeverri sudah viral sejak usai 10 tahun. Kritiknya terhadap Jakarta International Stadium atau JIS membuatnya mendapatkan banyak perhatian. Berikut fakta-fakta tentang kapten Timnas Argentina yang bermain untuk klub River Plate.
1. Disebut sebagai The Next Lionel Messi
Setelah memimpin timnya memenangkan grup D Piala Dunia FIFA U-17 Indonesia 2023, Claudio Echeverri disebut sebagai penerus legenda sepak bola Argentina, Lionel Messi. Bersama Tim Tango muda, pemain 17 tahun itu digadang-gadang akan memimpin Argentina meraih gelar. Sama seperti Messi dkk yang berhasil menjuarai gelara Piala Dunia 2022 lalu.
Tim Tango muda berhasil membantai timnas Polandia U-17 dengan skor empat tanpa gol balasdalam pertandingan partai terakhir grup D pada Jumat, 17 November 2023 di JIS. Sang kapten disebut punya andil besar dalam kemenangan itu. Dikutip dari Koran Tempo terbitan Sabtu, 18 November 2023, Echeverri tampil seperti Messi versi mini, memimpin rekan- rekannya mengalahkan Polandia.
2. Terkenal berkat YouTube
Walau masih belia di dunia sepak bola profesional, nama Echeverri telah dikenal penggemar sepak bola Argentina sejak usianya baru 10 tahun. Saat itu, pada 2017, ia membela River Plate melawan klub raksasa asal Italia, Juventus, dalam turnamen kelompok usia anak. River membantai Juve dengan skor 6-1. Echeverri berhasil menyarangkan empat gol.
Cuplikan pertandingan itu tersebar luas di internet. Nama Claudio Echeverri mulai dibincangkan publik. Ia mengakui video itu memberikan dampak besar kepada dirinya. “Video itu adalah awal dari semua yang saya nikmati sekarang. Membuat saya selalu terdorong bermain di level itu, mengerahkan kemampuan terbaik,” kata dia.
3. Tersanjung disejajarkan dengan Messi
Nama Claudio Echeverri acap disejajarkan dengan La Pulga, julukan Lionel Messi. Bintang muda yang juga mengenakan nomor 10 seperti Messi ini mengaku tersanjung. Menurut Echeverri, Messi merupakan panutan bagi para pemain muda di negaranya. Dia pun menyebut Messi sebagai sosok idola dan pahlawan baginya.
“Ini sangat spesial. Messi telah menjadi contoh bagi para pemain muda seperti kami di Argentina. Dia adalah salah satu idola dan pahlawan saya,” ujar dia di JIS, Jumat, 17 November 2023.
Kendati namanya disandingkan dengan sang legenda yang telah meraih berbagai gelar bergengsi, baik tim maupun individu itu, Claudio Echeverri mengaku tak merasa terbebani. Dia justru senang dan sangat menikmati permainannya di Piala Dunia U-17 berbalut jersey Argentina nomor 10 yang dikenakannya.
“Tidak, saya tidak merasa tertekan. Menurut saya yang terpenting adalah untuk menikmati memakai jersey ini lalu memainkan sepak bola saya. Saya sangat senang mengenakan jersey ini, menjadi kapten, dan mewakili Argentina,” kata bintang Argentina ini.
4. Jadi poros serangan La Albiceleste di Piala Dunia U-17
Sebagai kapten, Echeverri, wajar disebut membawa timnya menjadi juara Grup D Piala Dunia U-17 2023. Namun, klaim itu bukan sekedar sebutan. Pemain berposisi gelandang serang itu memang berpengaruh dalam pertandingan. Remaja kelahiran Resistencia, Argentina, disebut sebagai poros serangan tim di Piala Dunia U-17.
Echeverri menjadi pemain yang paling banyak menerima bola di lini tengah (56 kali), paling banyak melepaskan umpan silang (12 kali), dan paling banyak melakukan penetrasi ke gawang lawan (16 kali). Dalam tiga kali penampilannya di Piala Dunia FIFA U-17, sebagai gelandang serang, Echeverri juga sudah mengoleksi satu gol.
5. Kritik Jakarta International Stadium (JIS)
Setelah pertandingan Argentina kontra Polandia pada Jumat lalu, Claudio Echeverri mengkritik kondisi rumput Jakarta International Stadium (JIS). Menurut kapten Timnas Argentina U-17 ini, rumput JIS kering dan tidak padat. Dia bahkan mengatakan kondisi rumput di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, lebih baik ketimbang JIS.
Meski begitu, dia dan timnya tetap berusaha menyelesaikan pertandingan dengan baik. “Lapangan bermain sangat tidak padat dan tidak basah juga. Itu agak buruk. Lapangan di Bandung (Stadion Si Jalak Harupat) lebih baik,” ujar Echeverri di JIS, pada Jumat, 17 November.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | RANDY FAUZI FEBRIANSYAH | KORAN TEMPO
Pilihan Editor: Kisah Hossein Abdi Timba Ilmu 7 Tahun di Inggris untuk Regenerasi Sepak Bola Iran, Indonesia Bisa Tiru?