TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2 April 19563 menjadi peringatan berdirinya Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong atau PPS Betako Merpati Putih di Yogyakarta. Seni bela diri Merpati Putih sendiri merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang akarnya mulai terbentuk sejak 1550-an. Berikut sekilas tentang berdirinya PPS Betako Merpati Putih yang awalnya khusus diajarkan kepada Kopasus dan Paspampres.
Ilmu Merpati Putih kemudian disebarluaskan dengan maksud agar berfaedah untuk negara. Berikut kilas berdirinya PPS Betako Merpati Putih.
Sejarah PPS Betako Merah Putih
PPS Betako Merpati Putih didirikan oleh Purwoto Hadi Purnomo, guru besar dan pewaris ilmu pencak silat tersebut dari sang guru Saring Hadi Purnomo. Ini selanjutnya diwariskan terus menerus sampai kepada Budi Santoso Hadi Poernomo.
Merpati Putih merupakan akronim dari falsafah bahasa Jawa yakni “Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening” yang artinya mencari sampai mendapat kebenaran dengan ketenangan. Motto dari PPS Betako Merpati Putih yakni “Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata”.
Mulanya aliran pencak silat ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro. Dia kemudian mewariskannya ke Bendara Pangeran Harya atau BPH Adiwidjojo sebagai Grat I. Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dibagi menjadi tiga berdasarkan spesialisasinya sendiri-sendiri.
Adapun pecahan dari aliran tersebut yaitu Merpati Putih, Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro khusus untuk ilmu pengobatan, Gagak Seto khusus ilmu sastra, sedangkan Merpati Putih dikhususkan untuk seni bela diri yang diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV).
Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Saring Hadi Purnomo lalu ke Purwoto Hadi Purnomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga saat ini, kedua saudara seperguruan lainnya itu tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih terus dilakukan pencarian di tiap daerah di tanah air untuk disatukan kembali.
Dari Gagak Handoko inilah akhir-akhirnya turun temurun ke Mas Saring, lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Sampai sekarang, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tak pernah dikenal keberadaan ilmunya dan sedang tetap dicari sampai ketika ini ditiap kawasan di tanah air guna menyatukannya kembali.
Sang Guru Merpati Putih adalah Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri Perguruan dan Guru Agung sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Agung terakhir yaitu generasi ke sebelas (Grat XI).
Berikut Silsilah Turunan arus PPS Betako Merpati Putih:
- BPH Adiwidjodjo: Grat-I
- PH Singosari: Grat-II
- R Ay Djojoredjoso: Grat-III
- Gagak Handoko: Grat-IV
- RM Rekso Widjojo: Grat-V
- R Bongao Djojo: Grat-VI
- Djo Premono: Grat-VII
- RM Wongso Djojo: Grat-VIII
- Kromo Menggolo: Grat-IX
- Saring Hadi Poernomo: Grat-X
- Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomi: Grat-XI
Pewaris muda: Nehemia Budi Setiawan (putra Mas Budi) dan Amos Riono Tri Nugroho (putra Mas Poeng).
Pada 1995, seorang anggota PPS Betako Merpati Putih cabang Jakarta Selatan, Mas Eddie Pasar mendapat piagam penghargaan Rekor dari Musium Rekor Indonesia (MURI) karena mendemonstasikan menyetir mobil terjauh dari Bogor ke Jakarta dengan mata tertutup.
PPS Betako Merpati Putih telah menjadi anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia atau IPSI dan Martial Arts Federation For World Peace atau MAFWP serta International Pencak Silat Federation atau Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa. Menurut data tahun 1993, kini telah memiliki memiliki kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri dengan jumlah kelompok latihan sebanyak 415 buah, yang tersebar di seluruh tanah air. PPS Betako Merpati Putih telah melahirkan alumni sebanyak 2.5 juta orang.
HATTA MUARABAGJA | HENDRIK KHOIRUL MUHID | RINDI ARISKA
Pilihan Editor: 8 Perguruan Pencak Silat Terbesar di Indonesia, Juga Ada di Rusia